6 Alasan Wanita Mau Jadi Istri Kedua
Tuturmama Istri kedua? Pernahkah Anda berpikir menjadi sosok kedua dalam rumah tangga seseorang? Bukan tidak mungkin pasti pernah terbesit dalam pikiran setiap wanita tentang menjadi istri kedua. Terutama jika sudah ada sosok yang memggoda meski ia sudah berkeluarga.
Bagi pasangan yang sudah membangun rumah tangga, menjaga keharmonisan memang tak selalu mudah. Pasangan suami istri bisa saja berhadapan dengan kondisi di mana kesetiaan di antara keduanya menjadi pertaruhan. Salah satunya yakni melalui jalan perselingkuhan.
Perselingkuhan bukanlah fenomena asing dalam kehidupan bermasyarakat termasuk di Indonesia. Hadirnya orang ketiga menjadi cikal bakal hancurnya rumah tangga.
Meski begitu, rumah tangga tak semuanya berakhir perceraian akibat adanya orang ketiga atau yang kita akrab sebut sebagai pelakor. Ada juga yang memilih untuk bertahan dan merelakan jika dirinya mendapat madu alias menerima suami yang mendua.
Istilah istri kedua pun menggambarkan sosok orang ketiga dalam pernikahan yang selalu mendapat label negatif. Istri “baru” ini mengambil peran yang sudah seharusnya menjadi hak istri pertama.
Lantas, mungkin timbul pertanyaan dtentang alasan wanita mau jadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain. Mengapa ia mau saja padahal ia tahu keputusannya akan menyakiti sesama perempuan?
Mau Menjadi Istri Kedua karena Cinta
Membina rumah tangga yang baik dan harmonis adalah kewajiban bagi pasangan yang sudah menikah. Berbagai cara pun para pasangan suami istri lakukan agar tercipta keluarga yang harmonis. Dalam hal ini, kesetiaan menjadi hal terpenting.
Hadirnya orang ketiga menjadi bukti-bukti bahwa kesetiaan terhadap pasangan sudah runtuh. Hubungan gelap yang tadinya tersembunyi ini tak jarang berakhir dengan pernikahan. Di mana sosok si orang ketiga jika ia adalah seorang wanita, maka ia akan berstatus sebagai second wife.
Apakah istri kedua selalu salah?
Pertanyaan ini tidak bisa terjawab dengan menyudutkan salah satu pihak saja. Ada banyak alasan wanita mau jadi istri kedua meskipun dari kacamata masyarakat, ia selalu mendapat label buruk. Salah satu alasannya adalah karena cinta.
Cinta adalah alasan paling umum mengapa wanita rela menjadi sebagai istri kedua. Bagi wanita yang menjadi orang ketiga dalam hubungan pernikahan seseorang, memperjuangkan cinta adalah keharusan.
Terlebih jika pasangannya juga sama-sama mencintainya. Ia bahkan tak keberatan walaupun menjadi sosok kedua dan akan menyakiti sesama perempuan dalam rumah tangga itu. Yang namanya cinta, biasanya buta akan kenyataan yang ada.
Alasan Kedua ialah karena Hamil
Mendapati suami memiliki kekasih gelap hingga menghasilan anak tentu menyakitkan rasanya. Meskipun istri pertama selalu berusaha untuk menahan amarah, tetap saja hati yang sudah terlanjur terluka sulit untuk sembuh.
Hamil menjadi konsekuensi terbesar bagi pasangan yang sudah menikah namun berselingkuh. Sebagai bentuk rasa tanggung jawab, pernikahan menjadi salah satu solusinya dengan mengorbankan salah satu pihak, yaitu si istri pertama.
Hamil menjadi alasan berikutnya mengapa seorang wanita mau menjadi istri kedua. Meskipun di luar sana, seruan untuk jangan mau jadi istri kedua santer terdengar.
Wanita mana yang tak ingin memperjuangkan hak anak yang tengah dikandungnya? Oleh karena itu, ia rela menikah walaupun hanya berstatus sebagai orang kedua dalam rumah tangga orang lain. Ini jika istri pertama tidak mau cerai dengan sang suami.
Menjadi Istri Kedua karena Faktor Ekonomi
Masyarakat secara umum telah menyepakati bahwa pertanyaan “apakah pelakor salah?” selalu mengarah ke jawaban yang mengiyakan. Memang tak bisa kita pungkiri, pelakor menjadi momok menjengkelkan dalam masyarakat.
Meskipun sudah menikah, predikat pelakor akan terus melekat pada istri kedua yang menikah karena perselingkuhan. Tak hanya sementara bahkan sampai kepada anak keturunannya.
Ragam Makanan di Drama Korea yang Cocok untuk Diet, Wajib Coba!
Nah, salah satu alasa kuat yang membuat wanita rela untuk dimadu dan menjadi istri kedua adalah karena tuntutan ekonomi. Menurut pakar, faktor ekonomi memegang pengaruh yang sangat besar hingga wanita rela menjadi orang ketiga. Tak peduli meski ia menjadi duri dalam rumah tangga orang lain.
Sulitnya memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi dasar mengapa ia memilih untuk menjalin hubungan dengan pria yang sudah mapan. Tak peduli meskipun pria tersebut sudah menikah.
Fakta ini bukan isapan jempol belaka. Di lapangan, kebanyakan kasus perselingkuhan terjadi dengan melibatkan wanita dengan pria berumur. Yakni pria yang notabene sudah stabil secara finansial alias sugar daddy.
Karena Tuntutan Keluarga
Ungkapan “wanita jangan mau jadi yang kedua” tidak berlaku bagi semua orang khususnya mereka yang dihimpit oleh kebutuhan khusus sehingga rela menyandang redikat sebagai pelakor alias orang ketiga.
Ya, pada banyak kasus, fenomena perselingkuhan berujung pernikahan dengan menjadikan si orang ketiga sebagai istri kedua dipengaruhi oleh adanya tuntutan keluarga khususnya dari pihak wanita.
Sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi norma asusila, cap pelakor menjadi momok memalukan tak hanya kepada pelaku namun juga keluarganya.
https://tuturma.ma/makna-sugar-daddy-yang-sesungguhnya-jangan-salah-paham/
Maka dari itu, akhirnya dipilihlah solusi dengan menikah. Menjadi istri kedua pun tidak masalah asalkan si orang ketiga mendapat pengakuan yang sah secara hukum dan agama.
Istri pertama tidak bisa memberi keturunan
Salah satu penyebab rumah tangga retak dan tidak harmonis lagi, yang paling umum terjadi adalah karena tak kunjung ada keturunan yang hadir. Memiliki anak adalah salah satu tujuan dari menikah. Namun, karunia dari Tuhan tak bisa kita prediksi kapan datangnya.
Menantikan kehadiran anak bertahun-tahun lamanya tentu bukan perkara mudah. Kesetiaan pasangan teruji di sini, terlebih jika adanya tuntutan dari keluarga yang ingin segera memiliki momongan. Tekanan yang luar biasa ini bukan tidak mungkin berujung perselingkuhan.
Alasan berikutnya yang membuat wanita rela menjadi istri kedua adalah karena hanya ia yang mampu memberikan anak kepada suami. Terlebih, ia sudah terlanjur mengandung si buah hati.
Istri pertama yang tidak bisa memberikan keturunan seringkali menjadi kambing hitam jika kasusnya seperti ini.
Tekanan mental
Selalu ada sebab dan akibat dari apa yang seseorang lakukan termasuk menjadi pelakor dalam rumah tangga orang lain. Hingga akhirnya menikah dan mau menjadi duri dalam pernikahan orang lain.
Perselingkuhan yang terjadi secara sadar ini tak hanya sebagai bentuk tuntutan ekonomi namun juga tekanan mental. Menurut pakar, wanita yang pernah mengalami trauma, kehilangan, kurang kasih sayang, dan tidak percaya diri memperbesar peluang perselingkuhan.
Wanita yang berselingkuh menemukan jawaban atas tekanan mental yang ia alami dari sosok yang sudah memiliki istri. Rasa nyaman inilah yang membuatnya rela untuk menjadi istri setelah istri pertama dan bersanding dengan suami orang. Jika sudah begini, istilah Cinta itu Buta benar adanya.
Kesimpulan Menjadi Istri Kedua
Menjadi istri kedua tidak mudah. Predikat buruk yang selalu mengikuti meskipun sudah dinikahi secara sah membuat sosok istri kedua kerap disamakan dengan pelakor alias perebut suami orang.
Ada alasan mengapa ia rela menjadi madu seseorang. Alasan seperti sama-sama cinta adalah salah satu yang paling klasik. Meski begitu, tak jarang hadirnya anak menjadi alasan lainnya mengapa wanita secara sukarela mau menjadi sosok kedua dalam rumah tangga orang lain.
Bagaimanapun menjadi duri dalam rumah tangga orang lain adalah hal yang tidak baik. Sebaiknya Mama menghindari hal seperti ini karena ada banyak orang lain yang sanggup mencintai tanpa melukai.
Sumber Gambar: freepik.com
0 Comments