7 Penyebab Perceraian dalam Rumah Tangga
Tuturmama ─ Perselingkuhan, perselisihan, dan kekerasan dalam rumah tangga menjadi 3 dari 7 penyebab perceraian dalam rumah tangga. Empat sisanya adalah ekonomi yang buruk, poligami, minuman keras, dan pernikahan dini.
Lalu, bagaimana tujuh hal tersebut mampu meretakkan rumah tangga dan berujung pada perceraian? Berikut penjelasannya!
7 Penyebab Perceraian dalam Rumah Tangga
1. Perselingkuhan
Perselingkuhan menjadi penyebab paling utama mengapa rumah tangga bisa berakhir pada perceraian. Hal tersebut bisa membuat hubungan rumah tangga menjadi tidak harmonis. Sebab kedua belah pihak akan terus bertengkar. Yang satu berusaha meminta penjelasan dan yang satu berusaha menyembunyikan kejelasan.
Memiliki pria atau wanita idaman lain selain pasangan sah bisa menjadi faktor perceraian karena seseorang berpikir bahwa mereka akan lebih bahagia dengan pasangan yang baru. Tindakan ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari ekonomi sampai urusan ranjang.
Perselingkuhan adalah hubungan seksual atau aktivitas-aktivitas seksual lainnya yang dilakukan individu yang sudah menikah dengan orang lain yang bukan suami atau istrinya. Ini adalah tindakan tidak setia yang berarti terlibat dalam hubungan romantis dengan orang lain selain pasangan sah. Yang utamanya, tindakan ini melanggar komitmen atau janji dalam hubungan tersebut.
Tindakan perselingkuhan dapat dikenai tindak pidana. Suami istri yang terbukti melakukan perselingkuhan, dan salah satu ada yang merasa rugi dapat melaporkan pasangannya tersebut melalui kepolisian. Ancaman pidana bagi pelaku perselingkuhan adalah 9 bulan menurut pasal 284 ayat (1) KUHP.
Seseorang yang tega selingkuh umumnya adalah mereka yang tidak memiliki keterikatan emosional dengan pasangannya. Penelitian menemukan jika mereka yang berselingkuh adalah mereka yang kurang mendapat perhatian, penghargaan dan kasih sayang tulus dari pasangan.
Selain dapat menyebabkan perceraian, perselingkuhan juga dapat membuat orang merasa depresi, mengalami krisis kepercayaan, gangguan pasca trauma, kurang percaya diri, rendah diri, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berdaya, dan mengalami kecemasan.
2. Perselisihan
Perselisihan atau pertengkaran memang umum dalam hubungan rumah tangga, akan tetapi menjadi tidak umum jika terjadi berulang kali secara konsisten. Pertikaian dalam rumah tangga akan membuat hubungan antara kedua pasangan menjadi tidak harmonis. Perasaan positif dalam hubungan pun menjadi hilang dan saling merasa tidak mengerti satu sama lain. Karena itu, perselisihan menjadi penyebab perceraian tertinggi kedua.
Meskipun perselisihan adalah bumbu dalam pernikahan, akan lebih baik lagi jika pasutri mencegah terjadinya perselisihan dalam rumh tangga.
Faktor yang menjadi penyebab perselisihan dalam rumah tangga di antaranya adalah perbedaan pendapat, perbedaan kepribadian, ketidakjujuran, dan sebagainya. Hal-hal tersebut perlu dihindari demi menjaga keutuhan rumah tangga.
Dampak dan pengaruh dari perselisihan sendiri selain perceraian adalah perpecahan, trauma secara sosial dan psikologis, serta kerusakan-kerusakan lainnya. Intinya, perselisihan akan membawa dampak yang buruk bagi kehidupan.
7 Akibat Suami Istri Kurang Komunikasi, Perceraian Salah Satunya!
3. KDRT
KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga dapat bermacam-macam jenisnya, baik fisik, emosional, verbal, ataupun ekonomi. Menendang, menampar, ataupun memukul pasangan tergolong dalam kekerasan fisik. Sementara itu, kekerasan emosional dapat berupa pasangan yang terlalu terobsesi untuk mengendalikan atau sering mengolok-olok Anda. Intinya, kekerasan dalam rumah tangga adalah contoh hubungan yang toxic.
Dampak kekerasan terhadap pasangan yang bersangkutan adalah: mengalami sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
Tidak hanya pada pasangan, KDRT juga bisa memberikan dampak buruk bagi sang anak (apabila telah memiliki anak). Kondisi yang buruk setelah mengalami KDRT dapat mengubah kehidupan anak menjadi tidak normal. Anak dapat memiliki gangguan-gangguan seperti gangguan jiwa, kepribadian, mental, dan lain sebagainya yang tentunya berpotensi mengganggu kondisi fisik anak pula.
9 Cara Ampuh Mengatasi Suami Temperamental agar Cepat Berubah
4. Ekonomi yang Buruk
Penyebab perceraian yang selanjutnya adalah kondisi keuangan atau ekonomi yang buruk. Tidak adanya pemasukan, kebutuhan tidak terpenuhi, atau keuangan rumah tangga yang tidak pernah cukup akan menimbulkan pertangkaran berujung perceraian.
Di masa pandemi ini banyak kasus perceraian yang disebabkan oleh menurunnya pendapatan yang berakibat pada kurangnya biaya kebutuhan dalam rumah tangga. Sehingga banyak pasutri yang memutuskan untuk berpisah secara sah. Masalah keuangan ini bisa meningkatkan stres dan ketegangan dalam hubungan. Jika tidak adanya kerja sama antara Anda dan pasangan, perpisahan bisa jadi tidak terelakkan.
5. Poligami
Banyak yang melancarkan aksi poligami dengan alasan mengikuti sunah Rasul. Padahal, poligami hanya untuk mereka yang bisa berlaku adil. Sedangkan di masa ini tidak ada suami yang bisa berlaku adil.
Seorang suami boleh melakukan poligami apabila mendapat restu dari istri, dapat menjamin memenuhi kebutuhan istri-istri dan anak-anaknya, serta berjanji dapat berlaku adil seadil-adilnya. Jika tidak dapat memenuhi syarat-syarat tersebut maka suami sebaiknya tidak melakukan poligami karena dapat menghancurkan hubungan rumah tangga.
Kasus poligami cenderung menimbulkan dampak negatif berupa ketidakharmonisan rumah tangga, baik antar suami dengan istri pertama maupun antara istri pertama dengan istri kedua. Dampak negatif lainnya adalah perhatian kepada anak menjadi terabaikan, sehingga tidak jarang mereka menjadi anak yang terlantar.
6. Minuman Keras
Minum-minuman keras dapat mendatangkan berbagai kerusakan dan keburukan. Salah satunya adalah perceraian. Pasangan yang gemar minum-minuman keras akan sulit dikendalikan karena mereka berada dalam pengaruh alkohol. Mereka juga akan menjadi pribadi yang pemarah dan tidak jarang menyakiti pasangannya.
Kecanduan alkohol, narkoba, judi, ataupun pornografi dapat merusak diri sendiri maupun hubungan dengan pasangan. Seorang pecandu (apa pun itu), tidak menyadari bahwa perilakunya semakin rusak. Kecanduan alkohol dan narkoba juga dapat mengakibatkan gangguan perilaku sehingga berpotensi menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga.
Pengaruh minuman keras terhadap tingkat perceraian di Pengadilan Agama cukup besar. Banyak pasangan yang memilih untuk bercerai karena pasangannya sering mabuk-mabukan.
7. Pernikahan Dini
Pernikahan dini rentan mengalami perceraian sebab kedua belah pihak belum cukup dewasa untuk berkomitmen. Alasan lainnya adalah karena Anda atau pasangan masih bersikap kekanak-kanakan, belum bisa mengambil keputusan dengan matang, ataupun menyelesaikan konflik dengan tenang.
Pernikahan dini bisa memengaruhi kesehatan mental. Mulai dari emosi yang tiak stabil, tidak bisa mengurus diri sendiri, harus menjalani peranan orangtua, masalah keuangan dalam keluarga, dan lainnya. Tekanan-tekanan ini akan menyebabkan stress, depresi, bahkan berujung bunuh diri.
Sumber Gambar: christianity.com