Albert Bandura: Anak Meniru Perilaku Orang Tua
Tuturmama – Anak meniru perilaku orang tua, karena itu Mama dan Papa harus bijak dan hati-hati dalam bersikap di depan anak. Sebagai orang tua banyak sekali hal yang harus kita pelajari. Sayangnya, tidak semua orang tua sadar untuk belajar menjadi orang tua yang baik.
Hal yang paling penting yang perlu orang tua lakukan adalah mengurus anak dengan baik dan benar agar kelak mereka tumbuh menjadi pribadi yang baik. Banyak orang tua yang gagal dalam mengasuh dan membesarkan anak karena mereka tidak paham seperti apa cara yang benar.
Wajar saja, pelajaran membesarkan anak tidak pernah bisa kita dapatkan di bangku sekolah. Bahkan, tidak ada tempat khusus yang mengajarkan bagaimana membesarkan anak dengan cara terbaik. Itu karena setiap anak memiliki lingkungan dan potensi yang berbeda.
Sebagai orang tua yang kita bisa adalah belajar mandiri cara mengasuh dan mengembangkan potensi pada anak, dan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang baik. Salah satu hal yang bisa orang tua lakukan adalah membekali diri dengan belajar banyak hal seputar parenting. Orang tua tetap bisa belajar mencari tahu pola asuh yang tepat agar anak bisa tumbuh sebagaimana mestinya.
Sebagai orang tua kita harus bisa mengenali seperti apa anak-anak kita bertumbuh dan berkembang. Satu hal yang wajib orang tua ketahui, anak adalah sosok peniru paling andal. Jika Mama dan Papa ingin anak tekun dalam belajar, berikan mereka contoh.
Mereka pada awalnya belum bisa berjalan, tetapi mereka melihat orang-orang di sekitar dan belajar berjalan sedikit demi sedikit hingga mereka berhasil. Itu adalah bukti bahwa anak mencontoh perilaku dari apa yang mereka lihat di sekitar. Maka dari itu, orang tua perlu mencontohkan hal-hal yang baik agar anak bisa meniru perilaku baik tersebut.
Albert Bandura: Anak Meniru Perilaku di Sekitar
Teori yang menjelaskan bahwa anak adalah peniru yang baik adalah teori belajar sosial dari Albert Bandura. Bandura merupakan salah satu tokoh psikologi yang mencetuskan teori belajar sosial. Dia menjelaskan bahwa suatu perilaku dipelajari melalui proses pengamatan yang diperkuat dengan pertimbangan konteks sosial.
Ringkasnya, terdapat empat proses yang perlu anak lalui sebelum mempelajari sesuatu menurut teori belajar sosial Bandura. Empat proses tersebut adalah atensi, retensi, reproduksi gerak, dan penguatan serta motivasi.
Atensi
Pada proses pertama, anak perlu menaruh perhatian terhadap suatu hal untuk memulai proses belajarnya. Pada proses ini, anak biasanya melihat perilaku orang tuanya. Jika kita ingin membangun kebiasaan baik pada anak, kita bisa mencontohkan hal-hal baik mulai dari yang sederhana.
Misalnya memberikan contoh bangun di pagi hari kemudian merapikan tempat tidur, membantu orang tua, membantu membersihkan rumah, dan sebagainya.
Retensi
Selanjutnya, proses kedua adalah retensi. Pada proses ini, anak akan mencoba menerapkan perilaku yang sudah diamatinya dan tersimpan dalam otak mereka. Anak akan mencoba mempraktikkan apa yang telah ia lihat selama ini.
Jika anak melihat kita membuang sampah sembarangan, maka mereka pun akan meniru. Karena itu, tunjukan perilaku yang baik di hadapan anak agar anak meniru perilaku yang baik. Dengan begitu, secara tidak langsung Mama dan Papa telah membentuk kepribadian anak dengan cara mencontohkan tindakan-tindakan baik.
Reproduksi Gerak
Lalu, proses reproduksi. Setelah mampu menerapkan perilaku yang telah dipelajarinya, maka akan muncul perilaku baru. Anak yang mungkin dulunya tidak memperhatikan sampahnya, kini mulai bisa membuang sampah pada tempatnya sesuai apa yang ia lihat dari orang tua. Perilaku inilah yang disebut hasil dari belajar.
Pada proses reproduksi, anak meniru perilaku orang tua kemudian mengulangnya lagi hingga menjadi kebiasaan baik. Memori yang tersimpan dalam ingatan anak mengarahkan mereka untuk melakukan hal serupa dan mengulangnya lagi dan lagi ketika perlu. Itu kenapa, sangat penting menjaga sikap dan perilaku di depan anak. Karena anak meniru perilaku orang tua.
Jika orang tua sering mengucapkan kata-kata kasar, kata makian, dan kata buruk lainnya, semua itu terekam di otak anak. Kemudian anak akan mengikuti perilaku tersebut, kemudian mengulangnya lagi di lain kesempatan.
Penguatan dan Motivasi
Hal terakhir dari proses belajar teori sosial di mana anak meniru perilaku orang tua adalah penguatan dan motivasi. Maksudnya, perilaku yang anak tiru dari orang tua harus mendapat penguatan dan motivasi berupa apresiasi. Apabila perilaku barunya ini mendapatkan penguatan dari orang tua, maka anak cenderung untuk mengulangi perilaku baik tersebut. Kemudian, perilaku ini akan terus berulang dan membentuk kebiasaan.
Maka dari itu, Mama dan Papa jangan pernah meremehkan anak yang masih kecil. Mereka mengamati perilaku orang tua dengan sangat baik dan merekamnya di otak. Bayangkan jika sebagai orang tua kita justru mencontohkan perilaku yang buruk, anak kemungkinan besar akan mencontoh perilaku tersebut.
Usia keemasan perkembangan anak ada di lima tahun pertamanya, atau disebut juga golden age. Pada usia ini, anak akan belajar membentuk karakter dan kepribadiannya. Pelajaran yang mereka peroleh di lima tahun pertama akan menentukan bagaimana pribadi mereka di masa depan.
Jadi, kita sebagai orang tua tidak boleh meremehkan hal-hal kecil yang kita anggap sepele bagi anak. Bisa jadi hal sepele itu yang akan menentukan bagaimana mereka ke depannya. Sebagai orang tua kita memang masih perlu banyak belajar karena tidak mudah untuk memberi contoh yang baik kepada anak.
Sumber Gambar: istockphoto.com
0 Comments