Perjalanan Hidup Anak Tanpa Ayah
Tuturmama – Sebut saja dia Indira, begitulah nama samarannya. Kisah ini benar-benar terjadi dan nyata. Dia lahir dari wanita single yang hamil di luar nikah, bukan tanpa sebab karena memang dia adalah anak tanpa ayah yang sah karena lahir dari rahim seorang PSK.
Ibunya menjadi seorang PSK juga bukan tanpa sebab dan bukan karena kemauannya sendiri. Dia dijual oleh ayahya hingga masa depannya hancur seperti saat itu.
Sementara Indira memilih jalan berbeda dari sang ibu, ia bekerja normal meski selalu mendapat tekanan dari orang di sekitar. Termasuk lingkungan di mana ia mengenyam pendidikan bahkan mendapatkan beasiswa S1 di Universitas Swasta yang ada di Yogyakarta saat itu.
Indira menyadari semua ejekan dari tetangga dan cemooh dari teman-temannya adalah karena dia lahir dari seorang PSK. Sebagai seorang anak tanpa ayah, Indira pun tidak mungkin menyalahkan ibunya sendiri. Apalagi melihat usaha sang ibu membesarkannya hingga menjadi seperti sekarang.
Hikmah Kisah Pernikahan Denny Sumargo, Pasangan yang Value-nya Sama
Dia bersyukur mendapatkan ibu yang kuat dan tabah menghadapi banyak cobaan. Indira bersyukur masih bisa lahir dan tidak dibunuh karena keegoisan ibu yang tega menghilangkan nyawa sang anak demi kepentingan diri sendiri.
Kehidupan Anak Tanpa Ayah yang Penuh Penderitaan
Menderita sudah pasti, mereka pernah merasakan hidup berpindah-pindah karena diusir dari lingkungan tempat mereka tinggal. Alasannya sudah jelas, yakni karena warga malu dengan kehadiran keduanya. Walaupun sang ibu kini sudah menjadi pedagang lutis keliling, namun orang masih senang mengungkit masa lalu.
Indira pun mendapatkan imbasnya dan banyak orang menjauhinya. Bahkan dia sulit mendapatkan pacar karena latar belakang sebagai anak tanpa ayah. Miris memang, seorang Indira adalah anak yang tidak tahu apa-apa tapi harus menanggung akibatnya.
Aku kira, kejadian seperti ini hanya ada di sinetron namun ternyata benar-benar terjadi. Indira sejak SD sampai SMA membantu sang ibu berjualan lutis keliling, dia bahkan ikut membawa lutis ke kantin sekolah untuk mendapatkan uang jajan.
Mental Indira cukup terasah sejak kecil meski awalnya dia menangis karena selalu mendapat cap anak tanpa ayah. Namun semakin dia dewasa dan mengerti penderitaan yang ibunya alami, dia semakin kuat dan tahan banting menghadapi cobaan demi cobaan.
Setelah lulus SMA, Indira mencoba melamar pekerjaan di sebuah perusahaan swasta. Dia ingin mengangkat derajat sang ibu dan ingin mengubah anggapan orang terhadap dirinya. Bahwa walaupun dia anak seorang PSK, dia masih berhak memiliki kehidupan normal seperti anak pada umumnya.
Kehidupan Pekerjaan yang Berat
Baru melamar dan lolos wawancara, Indira sudah berhadapan dengan perlakuan tidak senonoh dari pemimpin perusahaan. Hal ini berawal saat salah seorang karyawan tahu jika dirinya adalah anak PSK. Seketika itu pandangan mata mereka seolah menganggap Indira juga bisa dipesan seperti ibunya dulu.
Kejadian ini tidak terjadi cuma sekali tapi berulang kali. Mirisnya lagi hal ini terjadi di perusahaan. Beruntung Indira selalu berhasil meloloskan diri dari pelecehan yang karyawan lain lakukan.
Indira pada kahirnya tidak kuat bekerja di sana karena perlakuan mereka yang semakin keterlaluan. Hingga ia memutuskan untuk pindah bekerja di sebuah perusahaan online shop yang kebanyakan karyawannnya adalah perempuan.
Di sinilah dia memiliki banyak teman hingga kariernya mulai terlihat. Setelah dua tahun bekerja sebagai admin sebuah perusahaan online shop, dia memberanikan diri mendaftar kuliah di universitas swasta di Yogyakarta.
Indira diterima dan mendapatkan beasiswa prestasi dari kampus. Sang ibu saat itu menangis terharu karena anaknya membuatnya sangat bangga.
Tapi, penderitaan masih saja berlanjut menghampiri, kali ini di lingkungan kampus. Rupanya ada seorang anak yang ayah dan ibunya bercerai akibat sang ayah pernah tidur dengan ibu Indira saat masih bekerja sebagai pelacur.
Benar-benar seperti sinetron, anak ini melampiaskan dendamnya kepada Indira karena menganggap ia anak pelakor hingga membuat Indira terluka berulang kali. Dia lebih sering menangis dan curhat padaku. Terkadang aku ikut sedih jika melihat dia lebam-lebam setiap pulang kampus.
Aku sering membawa P3K karena selalu melihat Indira terluka. Meski dia selalu bilang baik-baik saja, tapi aku tahu dia tidak pernah baik-baik saja. Kita memang beda kampus dan lebih sering bertemu di sebuah warung langganan yang ada di pusat kota Yogyakarta.
Semua akan Indah pada Waktunya
Penyiksaan itu membuatnya ingin lulus lebih cepat dari kampus. Di tengah luka-luka yang Indira alami, dia selalu berusaha belajar dan menyelesaikan tugas hingga dia lulus dalam waktu 3,5 tahun dan mendapatkan predikat cumlaude.
Hebat memang, dia adalah wanita tangguh yang pantang menyerah. Sekarang dia masih bekerja di perusahaan online shop yang ada di Jakarta. Indira nyaman bekerja dengan lingkungan yang sebagian besar adalah wanita.
Dia dan Ibunya kemudian memutuskan untuk pindah ke Jakarta pada tahun 2017 silam. Mereka memulai kehidupan baru di sana dan akhirnya tahun 2021 kemarin Indira menikah dengan seorang pengusaha tas ransel di Jakarta.
Banyak pesan moral yang bisa kita ambil di sini. Seperti bersyukur, tegar, sabar dan pantang menyerah. Semua akan indah pada waktunya.
*Indira memberikan izin kepadaku untuk mengangkat kisah hidupnya ke dalam tulisanku saat ini dengan catatan nama, tempat, dan asalnya disamarkan.
Sumber Gambar: freepik.com
0 Comments