Analisis Psikologi Perselingkuhan dari Film Layangan Putus
Tuturmama Drama series Layangan Putus menjadi perbincangan banyak kalangan terutama para kaum hawa. Alur perselingkuhan dalam rumah tangga dalam film ini berhasil mengusik psikologi sebagian besar orang. Baik yang sudah berumahtangga maupun yang belum memulainya.
Kisah Layangan Putus sudah menjadi viral dan menuai simpati. Bahkan, banyak orang mulai mencari tahu sosok perempuan yang menjadi biang kerok dalam hubungan tersebut. Pasalnya, film ini pun berangkat dari curhatan kisah nyata seseorang di salah satu akun media sosial.
Dari film Layangan Putus yang mengusung tema perselingkuhan dalam rumah tangga ini, kita bisa mempelajari banyak hal. Salah satunya yakni tentang psikologi perselingkuhan, penyebab, dan bagaimana kronologis seseorang hingga memutuskan untuk berselingkuh secara sadar.
Faktor “X” yang Sulit Terprediksi
Pada dasarnya, tiada suami atau istri yang berniat selingkuh. Bila itu terjadi, maka bisa disebut kepleset. Dalam sebuah pepatah terpaparkan bahawa, akal ingin selalu mengatur, tetapi cinta tidak pernah patuh.
Dalam sebuah hubungan, menjaga kesetiaan memang gampang-gampang susah. Mudah saja mengucapkannya tetapi terkadang sulit setengah mati untuk mempraktikkannya.
Selain itu, kira-kira lebih banyak wanita atau pria yang sering terpeleset ke dunia perselingkuhan?
Berdasarkan hasil survei Married Sex Survey 2013 dari iVillage, pria lebih banyak berselingkuh di dalam pernikahan ketimbang wanita. Angka pria yang berselingkuh mencapai 28 persen.
Meski pria lebih banyak, wanita juga melakukan perselingkuhan. Angkanya sebesar 13 persen. Dimana hal ini menunjukkan bahwa pria dan wanita sama-sama melakukan perselingkuhan meski dengan perbandingan yang berbeda dua kali lipat.
Baca Juga: Pasangan Viral Laura dan Gaga Ternyata Alami Toxic Relationship
Lantas apa faktor ‘X’ yang membuat mereka terjebak dalam romansa perselingkuhan?
Berikut adalah beberapa faktor ‘X’ yang membuat pria nekat masuk ke dalam drama perselingkuhan:
- Tidak dewasa, karena minim pengalaman dalam hubungan berkomitmen.
- Kecanduan obat-obatan, alkohol, ataupun seks.
- Hasrat seks yang tidak terpenuhi.
- Insecurity, seperti merasa tidak cukup tampan, kaya, pintar, dan lain-lain.
- Pernah mengalami pelecehan fisik atau emosional.
- Egois, mengutamakan diri sendiri.
- Merasa memiliki keistimewaan yang mungkin tidak pria lain miliki, sehingga merasa bebas mendapatkan “reward” di luar hubungan utamanya.
- Hasrat seks yang tidak terpenuhi.
- Ekspektasi terhadap pasangan yang tidak realistis.
- Kemarahan atau balas dendam.
Sementara untuk wanita, terdapat juga beberapa faktor ‘X’ yang menyebabkannya melibatkan diri dalam perselingkuhan:
- Merasa tidak mendapat penghargaan sebagai wanita.
- Menginginkan keintiman yang lebih.
- Tidak mendapat kasih sayang yang cukup.
- Godaan pria lain.
- Hasrat seks yang tidak terpenuhi.
- Merasa kesepian.
- Keterikatan emosional yang berkurang.
- Suami yang tidak mau membantu pekerjaan rumah tangga.
- Balas dendam untuk menyamakan kedudukan.
- Perubahan motivasi.
Pada dasarnya, alasan pria dan wanita berselingkuh sangat beragam. Hal yang perlu menjadi perhatian, setiap individu tercipta dengan karakter dan keunikan yang amat spesifik. Karena itu, alasan seseorang berselingkuh bisa berbeda-beda.
Baca Juga: Istri Sering Marah-marah ke Suami kalau di Rumah? Ini Penyebabnya
Relationship Visibility
Psikoterapis Center for Journal Therapy, memaparkan bahwa buku harian bisa menjadi terapi yang mengajarkan seseorang tentang diri sendiri. Kegiatan ini mendokumentasikan pengalaman dan membantu mendengarkan suara dalam benak sekaligus kebutuhan tubuh.
Lalu bagaimana dengan ‘diary’ virtual yang berkaitan dengan kelincahan jari di layar smartphone dan diunggah ke media sosial?
Terdapat istilah dalam fenomena ini, yakni relationship visibility, dalam Personality and Social Psychology Bulletin.
Relationship visibility menjelaskan sejauh mana seseorang menjadikan hubungannya bagian dari ruang publik. Kajian ini menyoroti cara seseorang menggambarkan potret dirinya dalam hubungan (rumah tangga/pasangan kekasih) kepada masyarakat luas.
Ada satu hal yang bisa menjadi inti dari seseorang yang memiliki relationship visibility yang tinggi. Yakni yang mengunggah sesuatu yang berlebihan mengenai pasangannya.
Orang-orang ini bisa saja menjadikan hal tersebut sebagai ‘topeng’ dari keadaan yang seusngguhnya. Alias ia sedang berusaha menutupi status ketidakamanan di dalam hubungannya (relationship insecurity).
Hal ini terjadi ketika seseorang merasakan keadaan tidak aman dalam hubungan yang ia jalani. Tanpa sadar mereka cenderung membuat hubungannya yang kacau semakin terlihat di media sosial.
Bahkan menurut terapis pernikahan dan keluarga dari AS, orang yang sering posting masalah dengan pasangannya, sering kali bertujuan untuk mencari perhatian positif. Hal ini mereka lakukan karena tidak ada jaminan dari pasangannya.
Baca Juga: Ini Lho, Caranya Agar Anak Patuh Pada Orang Tua Tanpa Perlu Dibentak atau Dipukul
Kesetiaan Ada Alat Ukurnya
Di dalam KBBI, kestiaan artinya keteguhan hati atau berpegang teguh. Dalam kehidupan rumah tangga, kesetiaan berarti berpegang teguh pada janji suci tali pernikahan.
Untuk mempersempit arti kesetiaan, pakar psikologi membagi kesetiaan dalam tiga bentuk. Pertama, kesetiaan emosional, kesetiaan finansial, dan terakhir kesetiaan seksual.
1. Kesetiaan Emosional
Pasangan setia memiliki satu tanda pertama yakni tidak melakukan flirting (menggoda) orang lain. Meski terlihat mudah, kenyataannya ketidaksetiaan secara emosional semacam flirting ini sering terjadi tanpa seseorang sadari. Mungkin saja aktivitas menggoda lawan jenis pada akhirnya membuat seseorang memiliki keterlibatan emosi tanpa sengaja.
Selain itu, hal yang perlu menjadi perhatian ialah jangan pernah menawarkan perhatian lebih pada orang lain. Inilah cikal bakal yang bisa menimbulkan keterikatan emosi antar lawan jenis.
2. Kesetiaan Finansial
Tak hanya secara emosional, penting juga untuk menjaga kesetiaan finansial dengan berlaku sepenuhnya terbuka dan transparan pada pasangan soal pengeluaran. Yakni dengan tidak membuat keputusan pribadi ketika menggunakan uang dalam nominal yang besar. Hindari memiliki rekening bank rahasia, melakukan pembayaran tertutup, atau memiliki simpanan uang tunai.
Kejujuran dan keterbukaan memang merupakan faktor utama dalam kesetiaan. Namun para ahli mengatakan bahwa boleh saja menyimpan sendiri pemikiran dan perasaan yang sangat pribadi dari pasangan. Kesetiaan bisa tercapai melalui kejujuran yang berjalan berimbang dengan kebijaksanaan, dan pengendalian diri yang baik.
3. Kesetiaan Seksual
Setia secara seksual tidak bisa berubah atau tertukar dengan apapun. Kesetiaan dalam hal ini bermakna tegas, tidak melakukan hubungan seks selain dengan pasangan sendiri. Bagaimanapun, hanya dengan pasangan yang sah seseorang bisa menjaga kesetiaan seksualnya. Pelanggaran pada kesetiaan jenis ini akan menimbulkan resiko yang cukup besar.
Dari Film Layangan Putus ada banyak hal yang dapat kita pelajari.
Baca Juga: Runtuhnya Rumah Tangga Impian Part 1
Sumber Gambar: Instagram @books_bylenn
0 Comments