Pentingnya Self Esteem (Harga Diri) pada Anak
Tuturmama – Self Esteem atau harga diri pada anak mulai berkembang pada usia prasekolah, yaitu ketika usia anak di bawah 5 atau 6 tahun. Perkembangan harga diri pada anak sangat penting sebab hal ini pastinya akan berpengaruh hingga ia tumbuh dewasa. Lalu, apa sih harga diri anak itu? Dan bagaimana cara mengembangkannya pada anak?
Pentingnya Self Esteem (Harga Diri) pada Anak dan Cara Mengembangkannya
Pemahaman Self Esteem
Harga diri pada anak (self esteem) merupakan penilaian anak terhadap dirinya sendiri. Hal ini merupakan bagian dari bentuk evaluasi diri dari gambaran anak tentang dirinya. Harga diri pada anak muncul seiring pada perkembangan kognitifnya.
Harga diri pada anak usia prasekolah cenderung “semua” atau “tidak sama sekali.” Misalnya, kalau anak berperilaku satu kebaikan maka ia akan percaya bahwa dirinya sebagai sosok yang baik. Begitu pula sebaliknya, anak yang berbuat sesuatu yang dinilai buruk, akan percaya bahwa dirinya buruk atau nakal. Secara nyata, anak baru benar-benar mampu menilai dirinya saat berusia delapan tahun.
Harga diri yang tinggi pada anak prasekolah akan cenderung meningkatkan motivasi anak untuk menjadi lebih baik dan berprestasi. Anak dengan harga diri yang tinggi tidak mudah menyerah, dan lebih senang mengeksplor banyak hal.
Umumnya, anak-anak tidak takut untuk mencoba hal-hal yang baru. Sebaliknya, jika anak-anak memiliki harga diri yang rendah, mereka akan cenderung menilai diri sendiri sebagai sosok yang gagal dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
Anak yang memiliki harga diri rendah umumnya memiliki emosi yang selalu negatif, kurang tekun, bahkan merasa tidak berdaya. Anak-anak dengan harga diri rendah juga enggan dalam mencoba hal-hal baru. Mereka cenderung hanya melakukan hal-hal yang mereka yakin bisa. Akibatnya, mereka jarang menantang diri, dan cenderung tidak begitu berkembang atau sulit berprestasi.
Bila sebagai orang tua atau orang dewasa kita gagal memahami kondisi anak yang merasa harga dirinya rendah, maka kondisi tersebut akan terus berlanjut hingga anak menginjak usia dewasa. Demi menghindari hal tersebut, orang tua perlu untuk tidak begitu mengkritisi anak bila mereka tidak bisa melakukan suatu hal, apa lagi bila baru sekali mencoba. Orang tua sebaiknya hanya mengomentari secara spesifik yang mungkin masih kurang tepat dilakukan oleh anak. Kecenderungan mengkritisi justru akan memberikan label terhadap anak. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh kepada harga diri, dan membuat anak merasa rendah diri.
Fakta-Fakta di Balik Anak Sulung, Tengah, Bungsu, dan Tunggal
Jangan Lakukan Hal Ini
Mengomentari hal yang spesifik, misalnya anak memakai baju terbalik, orang tua cukup memberitahu “bajunya terbalik”, atau “merek bajunya ada di depan.” Bukannya memberitahu anak, “kapan kamu bisa memakai baju sendiri padahal sudah besar.” Kalimat-kalimat mengkritisi itu akan melukai harga diri anak. Jangankan mengenakan pakaian dengan benar, anak justru merasa takut dan mungkin akan jauh lebih sulit untuk mandiri.
Apabila orang tua tidak membiarkan anak bereksplorasi di masa kecilnya, ia akan takut memulai sesuatu bahkan berpengaruh terhadap pengambilan keputusannya di masa depan. Tindakan orang tua yang terlalu mengkritisi anak bahkan melabeli akan membuat anak sulit beradaptasi dengan lingkungan ketika beranjak dewasa. Selain itu, harga diri yang rendah juga akan memunculkan banyak emosi negatif yang juga tentunya akan bersifat destruktif bila terjadi secara berlarut.
Nah, itulah pentingnya membangun self esteem atau penghargaan diri pada anak. Kita sebagai orang tua yang tahu pentingnya hal tersebut, tidak boleh lagi dong menyepelekan tindakan atau perkataan yang kita tujukan kepada anak. Meski kelihatannya anak-anak masih belum tahu apa-apa, sebenarnya pengaruh dari tindakan kita terhadap anak akan berdampak sangat besar terhadap dirinya hingga ia dewasa kelak.
7 Rekomendasi Film Animasi untuk Menghabiskan Waktu Bersama Anak
Lantas, bagaimana cara menumbuhkan harga diri kepada anak agar mereka bisa lebih percaya diri dan mandiri? Berikut beberapa tips yang bisa Mama dan Papa lakukan:
1. Berikan Anak Pilihan
Memberikan anak pilihan akan membantu anak dalam mengenali diri dengan lebih baik. Anak bisa mengetahui hal yang mereka sukai atau senangi. Hal ini tentunya juga membuat anak merasa bahwa perasaan yang mereka miliki dianggap penting oleh orang tua. Bila anak terbiasa dalam menghadapi sebuah pilihan, saat dewasa nantinya mereka akan lebih mudah mengambil keputusan.
2. Latih Anak agar Mampu Mengerjakan Pekerjaannya Sendiri
Orang tua tidak harus melakukan segala hal untuk anak. Walau kesannya memang lebih mudah dan lebih cepat untuk bila orang tua yang mengerjakan, tetapi sebaiknya orang tua melatih anak agar kelak mereka tidak kergantungan. Bila anak dilatih untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri, mereka akan lebih mampu bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
3. Berikan Pujian pada Perilaku yang Tepat dan Lakukan dengan Tulus
Bila anak melakukan kesalahan, orang tua tentunya membantu untuk mengoreksi. Sebaliknya, jika anak berhasil melakukan sesuatu, orang tua sebaiknya memberikan pujian yang tulus. Anak yang mendapatkan pujian atas pencapaian yang ia lakukan akan cenderung mengulangi perilaku tersebut karena merasakan adanya penghargaan.
Karena itu, Mama & Papa di rumah, jangan sungkan memberikan pujian pada si kecil ya 😉
4. Tidak Memaksa Anak untuk Melakukan Segala Hal dengan Sempurna
Orang tua perlu untuk memberitahu anak agar tidak segala hal bisa di lakukan dengan sempurna. Pada dasarnya, kita sebagai manusia pasti akan berbuat kesalahan sekalipun sudah menginjak usia dewasa. Anak perlu untuk tidak ditekan bila melakukan sebuah kesalahan atau mengalami kegagalan.
Jika orang tua terlalu mengkritisi anaknya yang gagal, kelak anak justru takut untuk mencoba hal-hal yang baru dan tidak mampu membuat keputusan sendiri.
5. Melibatkan Anak dalam Pekerjaan Rumah Tangga Sederhana
Melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga akan membuat anak merasa bahwa ia berkontribusi, dan merasa dirinya lebih bermakna dalam keluarga. Meski orang tua kadang ingin mengerjakan segala sesuatunya dengan cepat, tapi sabar melatih anak untuk terlibat dalam keluarga sama sekali tidak ada ruginya. Justru, jika anak tumbuh menjadi pribadi yang malas atau menjaga jarak dari keluarga, orang tua pastinya akan jauh lebih sedih.
6. Tidak Membanding-bandingkan Anak
Perasaan anak akan terluka jika orang tua terus membanding-bandingkan mereka dengan anak lain. Hal yang perlu orang tua ketahui, tidak ada anak di dunia ini ingin menjadi pribadi yang gagal. Mereka semua telah berusaha menjadi lebih baik. Sekalipun orang lain berhasil pada bidang tertentu, belum tentu mereka akan berhasil pada bidang lainnya.
Begitu pula dengan anak, bila mereka masih gagal pada satu hal, belum tentu mereka akan terus gagal dan tidak bisa menguasai hal yang lain. Orang tua mungkin berpikir, membanding-bandingkan anak akan memberikan motivasi agar mereka mampu melakukan suatu hal menjadi lebih baik. Tetapi bagi anak, hal itu justru terlihat seperti usaha mereka tidak ada harganya.
7. Tidak Memaki Anak
Memaki anak atau menyumpahi anak akan melukai harga diri anak. Sebagai orang tua, kita perlu memahami bahwa anak akan merasa terluka jika kita memaki mereka. Apa lagi jika makian yang kita ucapkan sebenarnya hanya bagian dari pelampiasan emosi. Jangan menjadikan anak kita samsak jika kita sedang penat atau kesal.
8. Menyempatkan Waktu untuk Terlibat Aktif dalam Kegiatan Anak
Menyempatkan diri menghabiskan waktu bersama anak akan membantu kita mengenal anak lebih dalam dan menjalin hubungan yang lebih dekat. Menghabiskan waktu bersama tentunya akan membuat anak merasa dirinya dihargai dan disayangi. Jadi, jika ada waktu di sela-sela kesibukan, jangan ragu menghabiskan waktu bersama si kecil yah, Ma😊
Sumber Gambar: istockphoto.com