• Login
Tuturma.ma
  • Kilas Perempuan
  • Mamapedia
  • Mamapapa
  • Ngasuh
  • Coretan
  • Curhatan
  • More
    • Lifestyle
    • Kesehatan
    • Reportase
    • Register
    • Login
No Result
View All Result
  • Kilas Perempuan
  • Mamapedia
  • Mamapapa
  • Ngasuh
  • Coretan
  • Curhatan
  • More
    • Lifestyle
    • Kesehatan
    • Reportase
    • Register
    • Login
No Result
View All Result
Tuturma.ma
No Result
View All Result
Home Lifestyle

Hidup Itu Bukan Lomba, Jangan Selalu Dibandingkan

Sofia Grace by Sofia Grace
08/08/2022
in Lifestyle
0
hidup bukan perlombaan

Tuturma.ma – “Hidup bukan perlombaan. Setiap orang menempuh jalannya masing-masing untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.”

Kalimat-kalimat itu keluar dari mulut seorang chef wanita ternama tanah air. Aku mendengarnya mengatakan hal tersebut pada sebuah acara talk show di kanal YouTube favoritku.

Ceritanya, chef itu mengalami patah hati berat akibat putus dari kekasih yang sudah lama menjalin hubungan dengannya. Setelah pulih dari luka batin, ia kemudian menikmati lagi hidupnya sebagai wanita paruh baya yang berstatus lajang. Umurnya waktu itu menjelang empat puluh tahun.

Tak sedikit orang yang kepo bertanya kapan ia akan menikah, mengingat umurnya yang sudah tak muda lagi. Chef  tersebut tak mempedulikan gunjingan mereka. Baginya hidup itu perlombaan untuk segera menikah, mempunyai anak, meraih harta kekayaan, dan lain sebagainya.

Aku Memaafkan tapi Suami Selingkuh Lagi

Setiap orang di dunia ini pasti mengalami jatuh-bangunnya sendiri. Entah hal itu diekspos ke publik atau tidak. Meskipun pada akhirnya dia bertemu pria lain dan menikah, namun itu karena hatinya memang merasa sudah mantap melakukannya, bukan demi menyenangkan orang lain.

Hidup Bukan Perlombaan, Jangan Suka Membandingkan

Aku setuju sekali dengan pendapat chef wanita tersebut. Tak jarang yang menjatuhkan mental kita adalah orang-orang terdekat sendiri. Bisa orang tua, kakek-nenek, paman-bibi, saudara, sahabat, dan lain sebagainya.

Mereka membanding-bandingkan kita dengan orang-orang lain yang kelihatannya lebih sukses, kaya, dan bahagia. Padahal yang terekspos di depan umum belum tentu sesuai dengan kenyataan di baliknya.

“Coba lihat anak om itu, sopan, pintar, dan bekerja di perusahaan asing. Gajinya besar, loh, dalam bentuk dollar. Padahal umurnya masih di bawahmu dua tahun. Kamu sudah kalah sama dia!”

Menyelami Hati di Negeri Asing

“Kamu sudah sebesar ini, kok, masih belum meraih prestasi apa-apa, sih. Anak Tante itu, masih muda tapi sudah sukses luar biasa. Baru jadi agen asuransi satu tahun tapi sudah bisa beli mobil sendiri dan travelling keliling Eropa. Katanya trip itu dikasih gratis oleh perusahaan asuransi tempatnya bekerja. Terus kapan giliranmu mencapai prestasi membanggakan seperti itu?”

“Umurmu sudah tiga puluh tujuh tahun, loh. Sampai kapan mau gonta-ganti pacar terus? Teman-temanmu semua sudah menikah dan punya anak lebih dari satu. Kamu nggak takut nanti susah punya anak karena terlambat menikah? Atau takutnya anakmu nanti mengalami kelainan karena ibunya mengandung di usia lebih dari tiga puluh lima tahun.”

Menikah Juga Bukan Lomba, Setiap Proses Berbeda

Glek! Kata-kata yang terakhir itu bagaikan vonis mutlak bagi wanita yang terlambat menikah. Ah, memangnya semua anak difabel itu terlahir dari kandungan ibu yang usianya menjelang paruh baya?

Kebetulan aku dulu menikah di usia tiga puluh satu tahun. Memang termasuk terlambat untuk ukuran gadis yang melepas status lajang di negeri ini. Namun waktu itu puji Tuhan tak ada orang yang menakut-nakutiku seperti itu.

Kejang-Kejang karena Pertanyaan, Kapan Nikah?

Sekarang aku sudah memiliki dua orang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Perkawinanku sudah berlangsung selama dua belas tahun. Pahit, manis, dan getir kehidupan rumah tangga sudah kulalui bersama suamiku.

Ternyata benar kata orang bahwa tak ada perkawinan yang mulus-mulus saja sepanjang waktu. Butuh perjuangan yang luar biasa untuk mempertahankan hubungan dengan orang yang berbeda latar-belakang, karakter, dan cara berpikirnya dengan kita.

Perjuangan itu pun membutuhkan keikhlasan yang luar biasa dari kedua belah pihak, sehingga tak ada yang merasa rugi. Lalu kenapa orang masih suka menikah kalau tahu menjalankan rumah tangga itu tidak mudah? Apalagi jelas bahwa hidup bukan perlombaan.

Macam-macam jawabannya. Ada yang merasa itu sudah menjadi norma yang berlaku di masyarakat dan sebaiknya diikuti daripada nanti menjadi bahan pergunjingan. Ada juga yang sudah jenuh dengan rutinitas hidup sehari-hari, sehingga kemudian melepaskan status lajangnya demi menghadapi tantangan baru.

Kenali Kebutuhan Me Time, Yuk, Ma!

Selain itu ada juga yang sudah lelah mencari nafkah sendiri, sehingga menikah dengan orang yang karirnya mapan. Ini biasanya supaya bisa menjadi tempat ia bergantung dan macam-macam lagi alasan orang menikah.

Susah Senangnya Menikah yang Kualami

Seiring dengan usiaku yang makin menanjak, kedewasaanku pun makin berkembang. Sudah kualami sendiri susah-payahnya menjalani rumah tangga, mengurus suami dan anak-anak. Dari yang awalnya aku berkeluh-kesah, akhirnya malah jadi menikmati aktivitas sehari-hariku itu.

Akan tetapi aku pun menghargai orang-orang yang mempunyai prinsip takkan menikah dan mempunyai anak seumur hidupnya ataupun yang mau menikah tapi tanpa anak. Bisa juga sebaliknya, yaitu tak mau menikah tapi bertekad mempunyai anak.

Semuanya itu kini tak ada yang benar maupun salah bagiku karena itu adalah pilihan hidup masing-masing orang. Kita sebagai sesama manusia harus menghormatinya karena mereka pasti mempunyai alasan yang kuat sehingga memutuskan jalan hidup demikian. Ingat, hidup bukan perlombaan yang patut kita sama-samakan.

Nestapa Bocah Tasikmalaya Terpaksa Setubuhi Kucing Hingga Meninggal

Kebenaran itu juga bukan cuma satu. Selama tidak merugikan orang lain, just go on, selama tidak membahayakan diri sendiri, let’s do it. Manusia tidak lahir untuk selalu menyenangkan hati sesamanya. Menjadi people pleaser itu sangat melelahkan juga berisiko membuat diri sendiri mengalami depresi.

Hiduplah sesuai dengan hati nurani. Sebagaimana yang chef wanita tadi katakan, hidup bukan perlombaan. Pada akhirnya bukanlah siapa yang duluan menikah, mempunyai anak, meraih kesuksesan dalam bekerja, mencapai reputasi yang luar biasa, menumpuk harta benda, dan hal-hal lain yang berbau duniawi.

Ketika manusia berpulang kelak, yang menjadi berharga adalah amal-ibadahnya selama hidup di dunia. Sejauh mana ia bermanfaat bagi orang lain. Sebesar apa keikhlasan dan ketulusan hatinya membantu makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Setiap orang menempuh jalannya masing-masing untuk mencapai hal itu.

Jadi hidup bukan perlombaan, ya. Jadilah versi yang terbaik dari diri kita sendiri karena itulah kebahagiaan sejati.

Sumber Gambar: freepik.com

Tags: #curhatan#hidup#lomba#gunjingan#kepo#norma#perbandinganhidup bukan lombaHidup Bukan Perlombaanhidup itu bukan lombamenikah bukan lombamenikah bukan perlombaan
Previous Post

Susu Kambing Daymilk, Solusi Anak Tidak Suka Minum Susu

Next Post

Manusia Dua Dunia

Next Post
dua dunia

Manusia Dua Dunia

Discussion about this post

Recommended

Bantuin Dong Kalau Istri Lagi Ngurus Rumah, Jangan Cuman Diliatin

Bantuin Dong Kalau Istri Lagi Ngurus Rumah, Jangan Cuman Diliatin

7 bulan ago
anak belajar

Berikan Motivasi Ini agar Anak Belajar dengan Giat

6 bulan ago

Don't Miss

mengoptimalkan tumbuh kembang anak

Alternatif Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak untuk Ibu yang Bekerja

09/08/2022
kondisi psikis korban perselingkuhan

Kondisi Psikis Korban Perselingkuhan, Rapuh!

09/08/2022
agar anak tidak mudah sakit

Lakukan Ini Agar Anak Tidak Mudah Sakit di Musim Pancaroba

09/08/2022
rumah tangga harmonis

Mama, Papa, Miliki 7 Sifat Ini agar Pernikahan Selalu Harmonis

09/08/2022
  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kontak Kami
No Result
View All Result
  • Kilas Perempuan
  • Mamapedia
  • Mamapapa
  • Ngasuh
  • Coretan
  • Curhatan
  • More
    • Lifestyle
    • Kesehatan
    • Reportase
    • Register
    • Login

Hak Cipta © 2014-2022 Tuturma.ma - Media Informasi Seputar Keluarga.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In