Istilah Ala Santri Putri di Pondok Pesantren
Tuturmama – Dunia Pesantren memiliki keunikan tersendiri, termasuk penggunaan istilah yang digunakan oleh para santri putri. Dan mungkin istilah ini hanya ada di dalam pesantren. Tuturmama merangkum beberapa istilah ala santri putri yang berasal dari beberapa sumber. Istilah ini sering ada di dalam pondok pesantren dan banyak menjadi kosa kata para santri, khusunya di Jawa dan seluruh Indonesia. Ayo simak bareng-bareng yaa!
1. Sorogan
Yang pertama istilah sorogan yang memiliki makna mengaji langsung dengan guru / ustadz / kiai secara tatap muka dan di sini santri yang membaca, kemudian gurunya menyimal. Jika santri ada yang keliru atau lupa dengan makna yang ada, maka sang gurupun mengingatkan. Metode Sorogan biasa terjadi di Pondok Pesantren berbasis kitab salaf, untuk mengetes kemampuan santri dalam membaca kitab.
2. Bandongan
Istilah bandongan adalah untuk menyebut ngaji dengan metode berjamaah / bersama-sama dalam satu tempat. Semua santri berkumpul, memegang kitab masing-masing dan hanya ada 1 guru / ustadz / kiai di depan yang membaca kitab dan menerangkannya. Santri hanya diam dan mendengarkan serta memberi makna kepada kitab gundulnya sesuai apa yang sang guru sampaikan.
3. Simakan
Jika kalian tahu, simakan merupakan hal yang sering santri putri yang sedang melakukan hafalan lakukan, baik hafalan nadzom, matan, syarah, maupun hafalan Al-Qur’an. Simakan merupakan metode yang menurut saya paling ampuh untuk memantabkan hafalan, karena kita menghafal dan teman kita / ustadz menyimak. Jika ada salah maka saling membenarkan. Misal Simakan Al-Qur’an, simakan Alfiyah, simakan Nadzom Imrithi, dll.
4. Matan
Matan merupakan sebutan untuk sebuah kitab yang sudah ada penjelasan lebih lanjut (sudah ada syarahnya). Misalnya di dalam kitab Maroqil ‘Ubudiyyah, maka didalamnya juga ada matan kitab Bidayatul Hidayah. Di dalam Kitab Fathul Mu’in didalamnya juga ada matan kitab Fathul Qorib.
5. Syarah
Syarah kitab merupakan sebutan untuk penjelasan lebih lanjut dari kitab matan yang santri bahas. Memiliki tafsiran lebih luas dan sering mereka tambahkan dengan berbagai macam contoh agar lebih mudah untuk santri putri pahami dan tidak salah tafsir. Satu matan bisa memiliki banyak syarah karena ulama yang menjelaskanpun dari berbagai macam sudut pandang, namun tetap dalam koridor syariat yang benar.
6. Ayatan
Istilah ayatan juga merupakan istilah yang tidak asing, khususnya di Pondok Pesantren berbasis Al-Qur’an. Ayatan berarti dalam suatu majelis (kelas / perkumpulan lainnya) setiap orang di dalamnya membaca Al-Qur’an bergantian ayat demi ayat. Satu orang membaca satu ayat, dan berlanjut ke orang lain sebelahnya sembari yang lain menyimak bacaan. Jika yang membaca ada kekeliruan, maka yang lain mengingatkan.
7. Muqoddaman
Muqoddaman adalah pelaksanaan Khataman Al-Qur’an secara bersama-sama karena ada hajat yang berharap berkat barokah khataman itu hajat-hajat yang diinginkan bisa tercapai dengan Izin Allah SWT.
8. Bustelan / Kiriman / Cairan / Sambangan
Ini yang paling sering ditunggu oleh para santri, momen dimana orang tua ataupun wali menjenguk santri-santri ke pesantren dengan membawa jajanan. Biasanya ketika momen ini tiba, setelah orang tuanya pulang, santri lainnya langsung kasih kode “egheem egheem” agar jajanan segera santri putri makan bersama-sama.
9. Mayoran
Mayoran merupakan sebutan untuk agenda makan-makan bersama yang oleh santri yang barusan mendapatkan nikmat / momen berharga. Misal, ada santri yang sudah khatam Al-Qur’an bil Ghoib, khatam Alfiyah, khatam Imrithi, atau mendapatkan juara di berbagai lomba atau bahkan lamaran.
10. Ta’ziran
Istilah ta’ziran merupakan sebuah hukuman yang santri dapatkan saat melanggar peraturan. Ta’ziran / Takziran biasanya berupa kerja bakti (ro’an), di Gundul, menjadi pajangan di tempat keramaian dengan menggunakan plang tulisan pelanggaran, atau diminta membersihkan WC. Ta’ziran tentu bertujuan baik yaitu untuk memberikan efek jera bagi santri pelanggar agar tidak mengulanginya lagi, juga sebagai sarana edukasi agar bisa lebih bertanggung jawab.
11. Ro’an
Khas santri putri selanjutnya adalah ro’an atau Rokan merupakan sebutan pelaksanaan kerja bakti yang ada di Pondok Pesantren. Ro’an biasanya berupa membersihkan lingkungan pondok, membersihkan WC, mengangkat pasir dan bahan bangunan untuk pondok, dll. Ro’an biasanya terjadi di hari libur pondok, yaitu hari Jum’at pagi setelah melakukan Jama’ah Sholat Shubuh dan Ngaji Pagi.
12. Gus dan Ning
Nah, Gus dan Ning merupakan sebutan bagi anak keturunan Kiai. Gus untuk putra (anak laki-laki) dari Kiai, Ning (juga disebut Neng) untuk putri beliau (anak perempuan). Gus dan Ning juga harus dihormati dan di ta’dzimi oleh para santri karena merupakan dzurriyah (keturunan) dari pengasuh Pesantren.
13. nDalem
nDalem merupakan sebutan bagi rumah Kiai / pengasuh di Pesantren. Keluarga Ndalem adalah beliau-beliau yang merupakan satu keluarga dengan pengasuh. keluarga nDalem sangat mendapat penghormatan dari para santri putri. Biasanya, terutama di Pondok Pesantren salaf, jika melewati nDalem, maka sangat menjaga etika sampai menundukkan punggung dan kepala sebagai tanda hormat.
14. Ghosop
Sepertinya kebanyakan santri sudah pernah (bahkan sering) melakukannya. Yaitu di mana santri meminjam barang temannya, namun tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Misal meminjam sendal, gayung, sikat cuci, ember, dan peralatan lainnya. Tentu sebenarnya ini kurang baik, namun karena sudah menjadi kebiasaan dan setiap santri sudah maklum, maka kebanyakan santri tidak masalah dengan hal semacam ini dan mengikhlaskannya.
15. Boyong
Boyong merupakan sebutan santri yang keluar dari pondok. Biasanya ketika santri sudah menyelesaikan masa studinya, atau akan bekerja ke luar kota, atau hendak melamar kekasih hatinya, santri akan berpamitan kepada Pengasuh dan rekan-rekannya untuk meninggalkan pesantren dan melanjutkan kehidupan di lingkungan yang berbeda.
16. Setoran
Selanjutnya adalah setoran yakni ketika santri menyetorkan hafalan kepada ustadz / kiai nya. Istilah ini bisa berupa setoran Al-Qur’an, Hadist, Nadzom, atau lain sebagainya. Yaa.. hampir mirip sama sim’an, tetapi setoran lebih karena ada target yang harus dicapai, sedangkan simakan lebih ke muroja’ah.
Asma’ binti Abu Bakar, Tokoh Perempuan Pemilik Gelar Dua Ikat Pinggang
17. Muroja’ah
Muroja’ah merupakan kegiatan mengulang pelajaran / hafalan yang sudah mereka dapatkan.
18. nDeres
nDeres adalah dimana santri sedang menambah / mengulang hafalan / pemahaman setelah mendapatkannya, agar tidak lupa dan lebih melekat di ingatan. nDeres juga bisa mereka artikan sedang membaca Al-Qur’an.
19. Nambal
Nambal Kitab, merupakan sebutan ketika sedang melengkapi makna kitab yang masih kosong-kosong. Makna kitab yang masih kosong karena tidak masuk ngaji, atau tidur ketika ngaji, maka bisa santri lengkapi terutama ketika hendak ada Imtihan (ujian) akhir dan ada pemeriksaan kitab.
20. Imtihan
Imtihan merupakan bahasa arab dari Ujian.
21. Akhirus Sanah
Akhirussanah merupakan sebutan untuk acara pesantren yang mereka gelar di Akhir Tahun.
Itulah beberapa istilah di pondok pesantren yang biasa para santri gunakan dalam percakapan sehari-hari. Mungkin ada diksi yang berbeda, karena dalam pesantren ada begitu banyak kultur yang berbeda-beda. Semoga bermanfaat yaa!
Sumber Gambar: Instagram @saiiq.hajj
Manfaat Puasa, Dari Bersihkan Racun Sampai Sembuhkan Penyakit