Kejang-Kejang karena Pertanyaan, Kapan Nikah?
Tuturmama – Baru-baru ini sebuah pertanyaan yang sebagian orang anggap sepele ternyata berdampak buruk terhadap orang lain. Mungkin sebagian dari kalian akan merasa lucu atas judul berita yang akan saya sebutkan, Wanita Kejang-Kejang, Akibat Ditanya Kapan Nikah?
Sayangnya berita itu bukan hanya headline sebuah lelucon, berita itu nyata terjadi. Dikutip dari saostar.vn, Selasa (26/7/2022). Wanita berumur 27 tahun kolaps dan kejang-kejang setelah sebelumnya terlibat pertengkaran dengan kedua orang tua. Diketahui bahwa dia terus mendapatkan tekanan untuk menikah.
Wanita itu kehilangan kesadarannya karena gagal napas, tubuhnya kejang-kejang. Ia harus masuk Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Universitas Qi Mo di kota Jinan, provinsi Shandong China.
Dokter mendiagnosa wanita tersebut mengalami sindrom alkolosi pernapasan. Yakni penyakit yang terjadi saat pernapasan lebih cepat dan dalam akibat perubahan suasana hati dan kecemasan.
Hikmah dari Berita, Wanita Kejang-Kejang, Akibat Ditanya Kapan Nikah?
Dari kutipan berita di atas, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil, baik sebagai orang tua ataupun sebagai teman. Tidak bisa kita pungkiri bahwa hidup di negara Asia memang sangat kaku dalam hal pernikahan.
Sebagian besar masyarakat memiliki pandangan turun temurun yang tidak dapat lepas dari stigma. Menurut masyarakat, wanita yang tidak menikah adalah wanita yang tidak laku. Sebagian orang bahkan akan menyematkan istilah yang tidak kalah menyakitkan, yakni sebutan perawan tua.
Dari kisah ini banyak sekali yang ingin saya bagikan kepada para mama dan teman-teman semua. Salah satunya adalah bagaimana kita dapat mengubah stigma yang telah tertanam di masyarakat soal pernikahan.
Bagi sebagian orang, pertanyaan, “Kapan nikah?” merupakan sebuah hal yang biasa atau sekedar basa-basi. Munkin juga sebagian hanya ingin melepaskan rasa penasaran melalui pertanyaan itu.
Akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi orang yang menerima pertanyaan. Ada kalanya bukan saat yang tepat untuk menanyakan hal tersebut. Tidak ada yang tahu permasalah apa yang mereka hadapi saat pertanyaan itu menghampiri.
Mungkin saja mereka baru gagal dari sebuah hubungan, trauma, atau hal lainnya. Bisa juga pertanyaan tersebut justru membebani mereka secara batin. Tidak jarang banyak curhatan bermunculan di media sosial, tentang orang yang memilih menghindari perkumpulan keluarga besar atau teman demi menghindari pertanyaan demikian.
Jangan Membiasakan Diri Bertanya, Kapan Nikah?
Maka dari itu mulailah mengubah pertanyaan basa-basi kita yang tanpa sengaja menyakitkan itu dengan pertanyaan yang lebih ramah. Bukankah tujuan kita berkumpul dan bertemu adalah silahturahmi dan melepaskan kangen?
Kisahku Menikah dengan Duda, Ada Kelebihan dan Kekurangannya
Oleh karena itu lebih baik menanyakan kabar atau cerita gembira apa yang ada ketimbang bertanya, kapan nikah? Dengan menanyakan dan mendengarkan hal gembira dari sahabat, pastinya akan membuat suasana lebih hidup dan semakin akrab.
Belajarlah menghormati pilihan orang lain tanpa harus meng-judge pilihan mereka atau mengomentarinya. Menikah atau tidak menikah adalah pilihan yang sudah diambil dengan berbagai pertimbangan matang. Tentu saja mereka yang melakukannya telah paham betul resiko serta keuntungannya.
Berhentilah menanyakan umur dan mendesak orang terdekat kita dengan alasan apapun. Umur bukanlah sebuah penentu dalam pernikahan, tidak ada patokan yang pasti kapan masa untuk menikah. Jadi mulai sekarang hentikan kebiasaan selalu bertanya, kapan nikah?
Sebaiknya Mama Tidak Mendesak Anak untuk Nikah
Teruntuk para mama, tentu saja anak-anakmu mengetahui dengan pasti kekhawatiran yang tersirat di dalam pikiran para mama. Namun terus menanyakan dan mendesak bukanlah hal yang bijak dilakukan kepada anak-anak.
Semakin mama mendesak maka akan membuat mereka semakin stress dan tidak terbuka untuk menceritakan perasaan. Para mama pasti tidak ingin anak-anak melakukan pernikahan hanya karena sebuah desakan atau karena malasah umur, bukan?
Mama juga pasti tidak ingin putra dan putri kalian memilih orang yang salah untuk masa depan mereka. Hanya karena desakan pernikahan dari pihak keluarga yang akhirnya hanya berakhir pada penyesalan.
Ma, berhentilah mendengar ocehan tetangga dan orang sekitar yang terus menanyakan bahkan mencibir anak kita kita. Berada di samping anak dan mendukung mereka adalah pilihan yang lebih bijak.
Berbicaralah dengan anak dari hati ke hati agar mereka lebih percaya dan tenang menceritakan apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan. Jangan hanya selalu bertanya kapan nikah tanpa tahu masalah yang anak hadapi untuk melangkah.
Menikah di usia berapapun bukan masalah yang terlalu besar. Bersama dengan orang yang tepat pada waktu yang tepat tentu saja lebih penting. Oleh karena itu kita harus mengubah stigma-stigma yang telah melekat dengan budaya yang kita miliki.
Jodoh Ada di Tangan Tuhan
Siapapun pasti menginginkan pernikahan yang sempurna, bertemu dengan orang terkasih, berjalan di pelaminan, dan mengucapakan janji. Semua itu adalah mimpi semua orang yang hendak menjalin rumah tangga.
Bukankah kita percaya jika Tuhan telah menciptakan tulang rusuk untuk setiap insannya?
Hanya masalah waktu, cepat atau lambat, kenapa dan bagaimana kita akan bertemu tulang rusuk kita masing-masing, tanpa takut tertukar, tanpa takut akan kabur.
Jodoh, umur, lahir, telah Yang Maha Kuasa tetapkan, maka dari itu teruslah percaya dengan hal tersebut. Tak perlu mengkhawatirkan apapun dan jangan mendahului apalagi sampai mendesak mereka.
Teuntuk teman-teman semua, perbaikilah diri sendiri terlebih dahulu karena jodoh adalah cerminan dari jati diri kita. Buatlah aura kebaikan terus terpancar dari kita, memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik, dan jangan minder karena semua wanita itu cantik dengan caranya sendiri.
Berbicara tentang hubungan, ada sebuah kata-kata indah yang dikutip dari salah satu media sosial. Menikah itu karena ingin hidup bersama dengan orang terkasih, ekonomi adalah bentuk perjuangan dan kerjasama, anak adalah bonus, ada atau tidak ada bukanlah sebuah kesalahan. Sedangkan menua bersama adalah tujuannya.
Sumber Gambar: freepik.com
0 Comments