Ma, Berceritalah Agar Lebih Dekat dengan Anak
Tuturmama Agar lebih dekat dengan anak mama bisa mulai dengan bercerita kepadanya. Maka, secara tidak langsung ikatan kalian akan menjadi semakin lebih dekat.
Seorang anak, usianya tiga tahun, duduk dengan tatapan mata penuh ingin tahu di tempat tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, namun anak itu belum sepenuhnya mengantuk.
Di tangannya ada beberapa buah buku. Dengan kertas dan sampul yang cukup tebal untuk ia robek. Buku itu penuh gambar berwarna-warni.
“Bundaaa,” panggilnya.
“Iya, sebentar yaa, Nak,” jawab Mamanya.
“Mau diceritain apa malam ini?”
“Yang ini.. yang ini..” kata bocah itu sambil menunjuk sebuah buku yang bergambar seekor itik.
Tak lama kemudian, Mama membacakan kisah Itik Buruk Rupa. Sesekali si kecil bertanya-tanya maksudanya, dan Mama dengan sabar menerangkan dengan perlahan.
Si kecil mendengarkan cerita itu, hingga ia mengantuk dan tertidur pulas.
***
Adegan itu bisa terjadi di dalam kehidupan Anda. Bisa pula jamak kita dapati di berbagai kisah film. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah hal itu kini masih dilakukan oleh Mama?
Membacakan buku cerita untuk mengantarkan tidur si kecil sembari bermain bayangan tangan merupakan momen yang menakjubkan bagi seorang anak.
amun saat ini, dengan berbagai kemajuan teknologi internet dan gadget, tampaknya si kecil lebih suka diperlihatkan video di Youtube. Jamak kita dapati seorang si kecil fasih mengutak atik untuk mencari ragam klip menarik di Youtube atau bermain game.
Sebagian dari para ibu-ibu lebih memilih menyetelakan Yotube, alih-alih membacakan buku cerita kepada anak-anak. Padahal membacakan cerita pada anak-anak mempunyai banyak manfaat.
Diane E. Papalia dan Sally Wendkos Olds, yang saya kutip dari buku Fauzil Adhim, menyatakan bahwa pembicaraan dalam hal ini membacakan cerita- yang kita tujukan pada buah hati merangsang perkembangan bahasa mereka.
Sementara kecakapan berbahasa mempengaruhi ketrampilan berpikir dan kemampuan berkomunikasi anak, termasuk dalam mengungkapkan keinginan, gagasan, dan rasa ingin tahu. Kecakapan berbahasa juga membantu perkembangan emosi anak menuju tingkatan yang lebih baik.
“…bahwa pembicaraan –dalam hal ini membacakan cerita- yang ditujukan pada anak merangsang perkembangan bahasa mereka. Sementara kecakapan berbahasa mempengaruhi ketrampilan berpikir dan kemampuan berkomunikasi anak, termasuk dalam mengungkapkan keinginan, gagasan, dan rasa ingin tahu. Kecakapan berbahasa juga membantu perkembangan emosi anak menuju tingkatan yang lebih baik..”
https://tuturma.ma/jangan-cuma-minta-mobil-dan-rumah-sama-papa/
Sebaliknya, masih menurut Diane dan Sally, anak-anak yang kurang memperoleh rangsang bicara dapat mengalami keterbelakangan mental.
Menurut Fauzil Adhim, kalau ingin anak Anda lebih cerdas, berilah rangsang komunikasi yang aktif sejak dini, khususnya dengan memberi “diet” membaca. Yang maksudnya adalah rutin membacakan buku kepada anak-anak.
Sudahkah kita rutin membacakan cerita untuk anak?
Membacakan cerita memang lebih merepotkan daripada menyetel video kartun. Membacakan cerita memerlukan waktu, kemampuan dan kemauan. Saat ini kebanyakan orang lebih memilih yang praktis. Tak dapat kita salahkan sepenuhnya, karena memang jaman yang serba cepat ini kadangkala menuntut yang serba instan.
Sudahkah Mama membacakan sebuah cerita untuk anak malam ini? Mama, berceritalah agar lebih dekat dengan anak.
0 Comments