Media Sosial Sebagai Ladang untuk Para Perempuan
Tuturmama – Apa yang muncul pertama kali di benak kita ketika mendengar istilah perempuan dan media sosial? Ya, tentu saja perempuan dan media merupakan dua sisi mata uang yang tak dapat terpisahkan satu sama lain.
Sebagai makhluk yang bebas menentukan kehendak, perempuan bebas memilih gaya komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Media baru inin merupakan wilayah komunikasi yang banyak menjadi favorit perempuan. Hal ini jelas sesuai data dari jurnal Media Sosial Dan Perempuan bahwa 51% pengguna social media adalah perempuan. Bahkan di DKI Jakarta 73% menyatakan bahwa kaum perempuan mendominasi penggunaan sosial media.
Menurut Betty Alisjahbana, perempuan Indonesia memiliki angka pertumbuhan pengguna sosial media 10% di atas rata-rata dengan masyarakat pada umumnya. Sebagian besar berasal dari kalangan profesional dan sisanya berasal dari ibu rumah tangga yang menggunakan social media untuk membantu aktivitas mereka sehari-hari.
Tentunya hal ini dapat memberikan dampak positif dan memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berkembang. Adanya kemudahan akses akan membawa perempuan untuk lebih jauh mengenal dunia tekhnologi dan kecanggihan yang sangat beragam.
Komunikasi dalam Media Sosial
Bentuk komunikasi dalam social media bisa kita lakukan dengan berbagai macam bentuk, misalnya saja yang paling populer saat ini adalah dengan Instagram, Twitter, dan TikTok. Di mana media tersebut memiliki banyak tawaran keuntungan bagi penggunanya.
Di antaranya bisa menjadi sarana eksistensi diri, publikasi karya, membentuk komunitas, mencari hiburan, mencari inrformasi, menambah relasi atau bisa juga sebagai wilayah virtual untuk melepaskan beban pikiran.
Sosal media menyediakan alternatif plihan berkomunikasi tanpa terbatas jarak dan waktu. Hal ini menjadikan sosial media sebagai pasar yang tepat untuk menarik keuntungan atau sekedar memenuhi kebutuhan hidup yang sulit untuk kita jangkau secara jarak.
Selain berbagai kemudahan yang akan kita dapati, sebagai wilayah yang halangan publikasi tidak ada lagi, maka setiap orang yang menggunakannya harus mampu bertindak bijak dalam menerima dan mempublikasikan informasi. Penggunaan sosial media yang semakin tahun semakin pesat memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap gaya hidup, termasuk perempuan.
Media Sosial Sebagai Ladang Bisnis
Sebagai makhluk sosialita yang memiliki ketertarikan lebih dalam hal keindahan, memaksimalkan penggunaan media sosial untuk mendapatkan penghasilan merupakan peluang yang patut kita coba. Media ini sebagai wahana bertukar informasi menjadi alat bantu yang tepat untuk mengambangkan usaha.
Bagi perempuan-perempuan yang tertarik untuk terjun ke dunia bisnis, melakukan promosi melalui media sosial merupakan cara jitu untuk memulai. Berdasarkan data yang ada pada We Are Social, pengguna sosial media di Indonesia mencapai angka 130 juta orang dengan durasi waktu penggunaan per harinya 3 jam 23 menit.
Angka ini tentu saja merupakan peluang yang cukup besar untuk orang lain melihat produk-produk yang akan anda tawarkan. Interaksi pasar yang sangat tinggi dalam social media akan memberikan banyak keuntungan bagi penjual. Hal ini juga karena para konsumen mendapatkan kemudahan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya soal produk.
Adapun media sosial yang dapat berguna untuk memulai bisnis di antranya adalah Instagram, Twitter, Facebook, whatshapp, Blog, Line dan Snapchat. Selain itu, saat ini juga ramai dengan keberadaan Marketplace seperti Shopee, Lazada, Bukalapak, Tokopedia, dan laman jualan online lainnya.
Bahkan jika kita memiliki toko offline sekalipun, kita bisa memasarkannya melalui aplikasi makanan online. Saat ini yang sangat ramai adalah keberadaan aplikasi Gofood, Grabfood, dan juga yang terbaru Shopeefood.
Sosial Media dan Ladang Fashion Wanita
Selanjutnya adalah keberadaan media sosial yang menyajikan banyak alternatif gaya hidup termasuk salah satunya pilihan dalam berpakaian. Kaum perempuan merupakan bagian masyarakat yang paling terpengaruh terhadap trend-trend busana yang sedang populer.
Perempuan sebagai target utama pasar bisnis online shop menjadikan semakin maraknya model-model busana yang tercipta oleh para desainer. Penggunaan sosial media sebagai ajang pengenalan produk juga melahirkan model-model baru sebagai mediator antara produsen dan konsumen atau yang biasa kita kenal sebagai selebgram.
Dalam proses berniaga perempuan bisa menyewa jasa selebgram untuk metode endorse yang ampuh untuk menaikkan omset penjualan. Yakni dengan menggunakan subjek selebgram sebagai wajah produk. Keberadaan endorse saat ini menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan sebuah penjualan produk agar melesat jauh. Nah, seorang perempuan juga bisa menjadi selebgram jika memiliki bakat-bakat yang sesuai dengan dunia model saat ini.
Sosial Media Sebagai Ladang Menulis
Selain dapat berguna sebagai ladang bisnis, media juga dapat kamu manfaatkan untuk menuangkan karya tulis. Berdasarkan jurnal Batusangkar International Conference, perempuan memiliki kemampuan verbal yang lebih unggul ketimbang laki-laki.
Umumnya perempuan sejak kecil hingga dewasa menunjukan kemampuan verbal yang lebih baik. Cenderung memiliki perbendaharaan kata yang lebih banyak dan mampu mengerjakan tugas membaca dan menulis yang lebih baik dari laki-laki.
Psikologi perempuan pun jauh lebih peka dan sensitif. Namun karena minimnya perempuan yang berprestasi di bidang sains, politik, dan ekonomi, perempuan mendapat stigma lemah dan tidak mampu mengejar prestasi. Padahal menurut Maccoby & Jacklin (1974) perempuan tidak berprestasi disebabkan rasa ketakutannya akan kesuksesan.
Sedikitnya kiprah perempuan dalam bidang sains dan tekhnologi ini juga berasal dari keterbatasan yang membelenggu mereka. Budaya patriarki adalah salah satu yang menjadi penghambat mengapa perempuan jarang bisa berkiprah dalam bidang ilmu pengetahuan.
Meski semat terpuruk namun saat ini wilayah untuk berprestasi perempuan semakin banyak. Dengan adanya sosial media perempuan bebas mengekspresikan karyanya tanpa terbatas oleh orang lain. Dengan kemampuan verbal dan perbendaharaan kata yang tinggi perempuan bisa menuangkan ide dan gagasannya melalui sosial media.
Anda bisa memulainya dengan membuat caption yang menarik pada setiap postingan, quotes, atau cerita pendek (cerpen) yang bisa kalian upload secara berkala. Membuat cerita di sosial media nyata cukup menarik minat orang lain untuk bisa mengenali dirimu dan karyamu loh.
Banyak novel dan film yang terlahir berkat tulisan pendek di sosial media. Contohnya adalah novel Hati Suhita karya Khilma Anis, film Antares karya Rweinda dan film yang akhir-akhir ini menggemparkan jagad maya. Yakni film Layangan Putus yang terinspirasi dari kisah nyata Mommy ASF yang ia tulis melalui akun facebook.
https://tuturma.ma/standar-kecantikan-indonesia-bentuk-rasisme-pada-perempuan/
Sosial Media Sebagai Ladang Edukasi
Upaya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan pun tak pernah absen untuk banyak kalangan lakukan melalui berbagai macam cara, salah satunya melalui sosial media. Di mana keberadaan media sosial memainkan peran yang cukup vital dalam menggiring opini masyarakat. Yakni untuk ikut mengkritisi dan peduli terhadap isu-isu keperempuanan.
Sebenarnya sosial media tidak hanya menjadikan perempuan candu terhadap hal-hal konsumtif berbau kecantikan dan trend gaya hidup saja. Melainkan juga bisa mengedukasi perempuan untuk lebih pandai dan kritis terhadap ketertindasan kaumnya yang tidak banyak mereka sadari.
Media sosial sebagai ranah pertarungan wacana terbukti ampuh mempengaruhi publik dalam mengawal isu-isu keperempuanan. Sudah banyak sekali contoh keberhasilan isu perempuan yang naik melalui media sosial. Bahkan tak jarang yang berhasil mencapai hasil yang mereka inginkan.
Tentu saja kita semua masih ingat dengan sinetron Zara pada televisi Indosiar yang berhasil dipukul mundur melalui tagar Instagram dan Twitter. Tak hanya itu, tayangan ini juga mendapat kecaman dari Komisi Perlindungan Anak (KPI). Yakni terkait dengan keterlibatan pemera utamanya Lea Chiarachel yang masih di bawah umur.
Kita juga masih ingat tentunya dengan kasus viral Ustadzah Kondang dalam ceramah Oky Setiana Dewi yang mendapat kencaman dari berbagai pihak. Yakni lantaran mendapat cap menormalisasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) setelah vidio ceramahnya viral di berbagai media sosial.
Ditambah lagi kasus Novia Widyasari, kasus pemerkosaan yang berujung menyedihkan dengan tindak bunuh diri. Serta kasus pemerkosaan tiga belas orang santri yang terjadi di Jawa Barat oleh Herry Wirawan, ustadz abal-abal yang mencoreng nama baik institusi pesantren.
Membumikan Isu Perempuan Lewat Media Sosial
Kasus-kasus tersebut berhasil mendapatkan respon tegas dari pihak-pihak yang berwenang dan berhasil menarik simpati publik berkat antusias warganet. Mereka yang ikut mengawal kasus tersebut melalui konten-konten edukasi maupun suara dukungan melalui tagar Instagram dan Twitter.
Respon terhadap hak-hak perempuan juga mulai merambah melalui karya perfilman yang terinspirasi dari kisah nyata perempuan. Film Layangan Putus misalnya, film yang bermula dari kisah nyata dalam facebook Ini berhasil menciptakan persepsi publik. Bahwa perselingkuhan merupakan tindak kejahatan yang sangat melukai perempuan dan anak.
Hal ini merupakan sutu bukti bahwa social media merupakan wilayah yang tepat untuk membumikan isu-isu perempuan. Media baru ini seakan menjadi variabel yang sangat signifikan terhadap perkembangan kasus kekerasan terhadap perempuan.
Saat ini upaya penyadaran terhadap kekerasan dan hak-hak perempuan yang masih kurang mendapat perhatian, kini justru mendapatkan oase baru dalam ladang usahanya. Dengan adanya kampanye kesetaraan melalui media sosial, perempuan di pelosok mana saja dapat menerima pengetahuan baru untuk mengedukasi dirinya sendiri secara cuma-cuma. Hal ini merupakan langkah baru yang cukup membantu untuk mengurangi rendahnya kesadaran perempuan tentang kesetaraan dan diskriminasi gender.
Berhati-hati dalam Social Media
Dengan banyaknya kemudahan yang ada dalam social media, hendaknya kita juga harus bersikap bijak dalam menerima ataupun dalam menyebarkan suatu informasi. Tidak bisa kita nafikkan bahwa sosial media juga memiliki sisi-sisi negatif yang kerap kali menambah runyam kehidupan bermasyarakat. Belum lagi informasi yang kian bebas sekan tidak ada batasnya kerap kali menjebak pembacanya jika kurang berhati-hati.
Bahkan salah satu yang menjadi penyebab perceraian adalah karena sosial media. Seorang istri juga bisa saja menemukan ciri suami selingkuh di social media yang sangat berbahaya bagi rumah tangga. Bahkan suami istri bertengkar terus-menerus pun bisa jadi karena penggunaan sosial media.
Oleh karena itu bijaksanalah dalam menggunakan tekhnologi ini dan jangan sampau terjerat di dalamnya.
Sumber Gambar: pexels.com