Resign dan Merawat Anak Autis, Tidak Ada Salahnya

Published by Sofia Grace on

Tuturmama  Resign dan berhenti bekerja sebagai wanita karier untuk memilih merawat anak autis tidak ada salahnya. Bekerja bisa darimana saja, termasuk dari rumah sambil merawat anak-anak. Seperti kisah yang satu ini.

Pada suatu hari yang cerah, dua orang kawan lama kebetulan bertemu di supermarket. Mereka adalah ibu-ibu muda yang dulu bekerja sebagai agen asuransi di perusahaan yang sama.

“Halo, Winny,” sapa Sonya, perempuan yang berpakaian formal. Blus lengan panjang berbahan satin mahal berwarna krem dan celana panjang hitam agak ketat yang menonjolkan bentuk kakinya yang jenjang. Penampilannya menimbulkan kesan intelek dan elegan bagi siapa pun yang melihat.

Perempuan yang disapanya menoleh. “Eh, Sonya. Apa kabar?” balas Winny balik menyapa.

“Baik,” jawab Sonya singkat.

Dahi wanita itu mengernyit. Dia heran melihat senyuman Winny yang terlihat lelah. Penampilan mantan rekan sejawatnya itu pun sangat sederhana. Winny hanya memakai kaos oblong berwarna abu-abu dan celana pendek di atas lutut bermotif kotak-kotak hitam putih.

Seingat Sonya, temannya ini dulu cukup modis dalam hal penampilan ketika masih bekerja sebagai agen asuransi. Setelah empat tahun lebih tak kelihatan, kenapa penampilannya berubah drastis begini? batin Sonya heran.

“Kamu sering belanja di sini, Son?” tanya Winny ceria. “Kalau aku jarang, sih. Biasanya aku beli kebutuhan rumah tangga di marketplace.  Kalau untuk sayur dan daging biasa beli di tukang sayur langgananku yang lewat depan rumah. Ini aku mau beli ikan segar, jadi belanja di sini.”

3 Macam Kecerdasan Anak dan Cara Mengembangkannya dengan Optimal

Sonya menggeleng. “Aku jarang belanja di supermarket ini, kok. Kan letaknya agak jauh dari rumahku. Ini aku mau menghabiskan waktu saja. Barusan habis ketemu klien di kantornya. Minta tanda tangan untuk pengajuan polis asuransi baru. Terus dua jam lagi aku mesti ketemu di rumah klienku yang lain. Mau ambil berkas-berkas rawat jalan untuk klaim asuransi sekaligus bujuk dia untuk bikin polis baru lagi.”

Melepaskan Karier demi Merawat Anak Autis

“Wah, kariermu tambah maju ya, Son. Udah punya banyak klien. Pantesan kamu tambah keren sekarang,” puji Winny tulus.

Ekspresi wajah kawannya semakin berseri-seri. Dia memang bangga dengan prestasinya selama ini. Berbagai penghargaan telah diraihnya selama berkecimpung di dunia asuransi. Reward yang diperolehnya pun tak main-main. Perjalanan gratis ke beberapa negara di Asia dan Eropa telah ia raih.

Kadang dia mengajak suaminya atau pergi seorang diri. Hal itu tak menjadi masalah, karena Sonya masih bisa bergabung dengan rekan-rekannya sesama agen asuransi yang juga mendapatkan reward serupa.

“Kamu sendiri sekarang kerja apa, Win?” tanya Sonya berbasa-basi. Meskipun dari penampilan mantan rekan sekantornya itu, dia sudah dapat menebak pekerjaan Winny saat ini.

“Oh, aku sekarang fokus mengurus rumah tangga, Son,” jawab Winny datar. Tak tampak perasaan minder tersirat dari wajahnya.

Sonya jadi heran sendiri. Dia tak dapat membayangkan kalau dirinya berada di posisi Winny. Fokus menjadi ibu rumah tangga? Wah, wah, wah. Sayang sekali kalau talentanya disia-siakan begitu saja untuk bekerja di rumah, pikirnya.

“Kamu nggak sayang mengorbankan karir begitu saja demi mengurus rumah tangga, Win?” tanya Sonya tak tahan lagi. Dia ingat kawannya ini dulu lumayan juga omzetnya di kantor. Meskipun prestasi Winny tidak semoncer dirinya, namun masih bisalah kemampuan orang ini terasah kalau mau.

Yah, kalau dia mau, pikir Sonya arogan. Seingatku dulu orang-orang di kantor bilang bahwa Winny mengundurkan diri karena mau mengurus anaknya yang berkebutuhan khusus. Gila! Kan bisa minta bantuan baby sitter atau asisten rumah tangga.

Ngapain susah-susah ngasuh sendiri! Sampai rela melepaskan karier demi merawat anak autis. Pasti dia kelelahan.

Merawat Anak Autis dan Berhenti Bekerja di Luar Rumah

“Anak bungsuku autis, Son,” terang Winny kemudian. “Aku mau fokus membina dia. Kalau masih bekerja sebagai agen asuransi, aku pasti sering pergi meninggalkannya seperti dulu. Untuk prospek nasabahlah, rekrut agenlah, ikut meeting-lah, acara ini itulah. Aku sudah gak sanggup, akhirnya resign.”

“Tapi bukankah biaya perawatan anak autis itu besar sekali, Win?” tukas Sonya mendebat. “Soalnya aku punya nasabah yang anaknya juga autis. Dia bilang anaknya setiap hari mengonsumsi makanan dan suplemen khusus, juga menjalani terapi-terapi yang biayanya gak sedikit.”

Yes,” ucap Winny setuju. “Karena itulah aku memutuskan untuk gak bekerja di luar rumah, Son. Supaya tetap bisa merawat anakku. Meskipun dia nggak melulu kutemani, tapi kepekaanku jadi terlatih kalau sering bersamanya di rumah.”

“Jadi kamu gak berpenghasilan, dong?”

Pertanyaan Sonya yang bernada menghina itu Winny respons dengan mengangguk pelan. Winny membiarkan saja temannya itu salah persepsi. Padahal tadi dia berkata tidak bekerja di luar rumah. Bukannya sama sekali tidak bekerja!

“Wah, sayang sekali ya, kalau begitu,” ucap Sonya lagi. “Padahal kamu dulu cukup rajin lho, ikut kegiatan-kegiatan kantor.”

Winny tersenyum simpul. Semenjak memutuskan untuk berhenti kerja di luar rumah dan fokus merawat anak autis, kalimat serupa sudah sering Winny dengar. Ia sudah kebal.

Selanjutnya kedua perempuan itu berpisah. Winny pergi ke kasir, sementara Sonya masih mendorong trolinya untuk melihat-lihat supermarket. Winny harus segera pulang dan menjemput anak-anaknya pulang sekolah.

Mengulas Drama Extraordinary Attorney Woo 2022

Anak sulung Winny perempuan dan sekarang duduk di bangku kelas lima SD. Sedangkan anak bungsunya laki-laki dan menempuh pendidikan di sekolah anak-anak berkebutuhan khusus. Winny sudah terbiasa dengan kegiatannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Dia sudah melepas statusnya sebagai wanita karier dan memilih merawat anak autis.

Merawat Anak Autis dan Menjadi Seorang Penulis

Begitu masuk ke dalam mobil, wanita itu memeriksa satu per satu pesan WhatsApp dan email pada ponselnya. Seketika sorot matanya berbinar ketika membaca sebuah pesan, “Selamat, Kak Rosemary. Kumpulan cerpen karya Kakak lolos seleksi untuk terbit gratis. Semoga bisa menembus best seller sebagaimana dua novel karya Kakak sebelumnya.”

“Wow! Terima kasih, Tuhan!” seru wanita itu terharu. “Dua tahun terakhir benar-benar Kau anugerahi aku karunia yang bertubi-tubi.”

Winny menarik napas lega. Pengorbanannya melepaskan karier di luar rumah berbuah manis. Walaupun dia sempat mengalami masa-masa sulit beradaptasi dengan kebiasaan baru sekaligus lika-liku dalam merawat anak autis, akhirnya Tuhan membukakan jalan baginya untuk berkarya dalam bentuk lain.

Selain orang terdekat, tidak ada yang tahu ia seorang penulis. Karena sebagai penulis fiksi best seller, Winny selalu menggunakan nama pena Rosemary. Bagi wanita itu tak penting orang lain tahu tentang prestasinya.

Yang penting dia bisa tetap berkarya dan memperoleh penghasilan. Karena seperti yang Sonya katakan tadi, merawat anak autis itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Sumber Gambar: id.pinterest.com

Cara Meningkatkan Perilaku Baik pada Anak


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

dhankasri hindisextube.net hot bhabi naked rebecca linares videos apacams.com www tamilsexvidoes lamalink sexindiantube.net chudi vidio sex mns indianpornsluts.com hd xnxxx shaving pussy indianbesttubeclips.com english blue sex video
savita bhabhi xvideos indianxtubes.com xxx bombay live adult tv desitubeporn.com mobikama telugu chines sex video indianpornsource.com video sex blue film sex chatroom indianpornmms.net old man xnxx aishwarya rai xxx videos bananocams.com sex hd
you tube xxx desixxxv.net xossip english stories sanchita shetty pakistaniporns.com mom sex video cfnm video greatxxxtube.com sex marathi videos mmm xxx indianpornv.com sexxxsex xvideosindia indianhardcoreporn.com ajmer sex video