Mama Jangan Sampai Terjebak Over Parenting Ya !
Tuturmama – Sebagai orang tua, pastinya papa dan mama menginginkan semua yang terbaik untuk sang buah hati. Kadang tanpa disadari mama dan papa akhirnya mengontrol segala sesuatu yang terkait anak yang menimbulkan adanya pola asuh over parenting.
Over parenting atau helicopter parenting merupakan pola asuh yang mana orang tua ingin mengontrol segala sesuatu yang berhubungan dengan anak. Baik tumbuh kembang anak, pergaulan anak, proses interaksi anak hingga segala aktivitas yang berhubungan dengan anak.
Biasanya orang tua merasa memiliki otoritas atas anaknya. Sehingga ia ingin menentukan semua hal yang berkaitan dengan anaknya. Tanpa memberikan anak kesempatan serta kebebasan menentukan jalannya sendiri.
Toxic Parenting, Pola Asuh yang Dapat Merusak Kesehatan Mental Anak
Ciri-ciri orang tua over parenting
Sebagai orang tua pasti memiliki naluri untuk senantiasa melindungi anaknya. Namun anak juga perlu memiliki kebebasan atas dirinya sendiri. Tidak semua hal harus dalam genggaman orang tua.
Apalgi sampai engontol anak secara berlebihan. Agar mama tidak terjebak dalam over parenting maka mama perlu mengetahui lebih lanjut tentang over parenting. Mama perlu mengetahui apa saja ciri-ciri dari over parenting.
Mengatur semua hal yang berhubungan dengan anak
ciri-ciri pertama dari orang tua yang over parenting adalah ingin mengatur semua hal yang berhubungan dengan anak. Semua harus sesuai dengan kemauan orang tua. Baik dari hal terkecil seperti memilih pakaian atau memilih mainan.
Kadang orang tua tipe ini memberikan rutinitas yang ketat pada anak. Semua aktiftas anaknya terjadwal secara paten dan harus sesuai. Ketahuilah mama juga perlu memberikan kebebasan untuk anak. Seperti kebebasan waktu untuk bermain dan mementukan mainan apa yang ingin dia mainkan.
Susah melihat anaknya gagal
Selanjutnya orang tua yang over parenting tidak bisa melihat anaknya mengalami kegagalan. Atau ingin anaknya terlihat perfect dalam pandangan orang lain. Terliahat sebagai anak yang bisa melakukan semua hal.
Contoh kecilnya saat anak sedang bermain puzzle bersama temannya. Ternyata si kecil mengalami kesulitan dalam menyusun puzzle. Sehingga mama dengan cepat tanggap memberikan bantuan kepada anak supaya ia tidak kalah dengan temannya.
Selalu mecemaskan tumbuh kembang anak
Wajar saja apabila orang tua mencemaskan tumbuh kembang anaknya. Namun rasa cemas yang terlalu berlebihan ternyata juga tidak baik. Memiliki rasa cemas berlebihan merupakan ciri orang tua yang over parenting.
Terkadang orang tua yang over parenting akan mencuri start dalam mengasuh anak. Seumpama anaknya masih usia tiga tahun orang tua sudah mencuri start dengan mengajari anak menulis dan mengharuskan anaknya bisa.
Hal tersebut bisa jadi mama lakukan karena rasa cemas berlebihan. Takut anaknya tertinggal dengan pertumbuhan teman-teman seusianya. Sehingga memaksakan anak untuk bisa melakukan aktifitas yang belum sesuai dengan usianya.
Melayani anak terus menerus
Ada tipe orang tua yang selalu stand by untuk melayani kebutuhan sang anak. Padahal hal ini justru kurang bik bagi pertumbuhan anak. Sesekali anak perlu mendapatkan tanggung jawab.
Ada baiknya anak mendapat tanggung jawab untuk melakukan aktifitasnya sendiri. Bentuk tanggung jawab terkecil yang bisa mama ajarkan kepada anak yaitu mengajarkan anak untuk menjemur handuk sendiri atau memilih dan mengambil bajunya sendiri.
Over protective atau ingin selalu melindungi anak
Terakhir ciri orang tua yang over parenting yaitu orang tua yang overprotective atau ingin selalu melindungi anak. Sebagai orang tua memang kita memiliki tugas untuk senantiasa melindungi sang buah hati.
Namun perlindungan yang diberikan juga ada batasnya. Anak juga perlu mendapatkan pelajaran untuk melindungi dirinya sendiri. Agar tidak bergantung terus kepada orang tua.
Saat sedang sekolah anak harus bisa melindungi dirinya sendiri. Seumpama anak sedang berkonflik dengan temannya dan konfliknya masih terbilang konflik kecil. Ada baiknya mama jangan ikut campur terlebih dahulu. Berilah anak kesempatan untuk menyelesaikan konfliknya terlebih dahulu.
Tips agar mama tidak terjebak dalam over parenting
Percaya kepada anak
Modal awal yang harus mama miliki agar tidak terjebak dalam over parenting adalah percaya kepada anak. Mama harus memberikan kepercayaan bahwa anak mampu bereksplorasi dengan dunianya, anak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Saat anak mengalami sedikit kesulitan, mama jangan terburu-buru memberikan bantuan. Mama bisa mengawasi anak terlebih dahulu atau istilahnya “ hands off , but eyes on”.
Setting lingkungan
Cara kedua yang bisa mama lakukan yaitu mendesain atau setting rumah agar aman untuk anak bereksplorasi. Hal ini bertujuan supaya anak bisa melakukan rutinitas hariannya sendiri.
Misalnya mama bisa meyediakan tempat jemuran handuk yang mudah dijangkau si kecil atau menyediakan almari kecil yang bisa dijangkau oleh anak. Dari hal-hal kecil inilah anak akan terbiasa mandiri dan melakukan rutinitasnya sendiri.
Beri anak tanggung jawab
Agar anak tidak manja, Mama perlu memberikan anak tanggung jawab. Mama bisa memulai dengan memberi tanggung jawab di rumah. Misalnya saat di rumah anak menjatuhkan minuman.
“ Sudah biarkan dek, biar mama yang membersihkan minuman yang tumpah” Kalimat ini hendaknya jangan mama ucapkan kepada si kecil. Berilah anak tanggung jawab untuk membersihkannya sendiri.
Pertama mama bisa memberi pengertian anak agar tidak melewati air yang tumpah agar dia tidak terpeleset. Kemudian mama bisa mengajari anak untuk mengepel tumpahan air tersebut. Kalau anak sudah bisa biarkan dia mengepel sendiri tapi tetap dalam pengawasan mama ya.
Memberikan anak kesempatan untuk sosialisasi
Keluarga menjadi sarana sosialisasi pertama bagi anak. Namun selain bersosialisasi dengan keluarga anak juga perlu mendapat kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Seperti lingkungan sekolah, teman sebaya dan masyarakat.
Meskipun dalam beberapa kesempatan, saat anak bersosialisasi dia akan menemui konflik. Contohnya, ketika anak berada di sekolah bisa jadi dia bertengkar dengan temannya atau berebut mainan dengan temannya. Hal ini wajar terjadi dalam proses sosialiasasi sang anak.
Apabila anak mengalami konflik semacam itu. Ajarkan anak untuk melapor kepada pihak yang bertanggung jawab disitu. Seumpama di sekolah guru sebagai penanggung jawabnya maka laporkan pada guru.
Jangan malah mengajarkan anak untuk mejauhi teman yang sudah berkonflik degannya ya Ma. Ajarkan anak untuk meminta maaf dan saling memaafkan.
sumber gambar: tirto.id
0 Comments