Perempuan dan Deteksi Dini Kanker Payudara
Tuturmama- Kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker yang paling menjadi momok di kalangan masyarakat di Indonesia. Jenis kanker ini menyumbang sekitar 11 persen kematian penduduk akibat kanker.
Selayaknya sudah kita ketahui bahwa kebanyakan di negara berkembang seperti Indonesia, hasil perawatan medis pada pasien kanker payudara kurang menggembirakan. Banyak kasus berakhir dengan kematian karena diagnosis dan pengobatannya terlambat bahkan di tengah teknologi serba modern ini.
Sebuah riset di rumah sakit kanker di Jakarta dengan data kasus kanker pada 1998-2002 menemukan kesimpulan. Bahwa sebagian besar yakni 60 sampai 70 persen penderita kanker payudara baru mendatangi layanan kesehatan ketika telah berada pada stadium lanjut. Yakni ketika terindikasi sel kanker telah menyebar pada organ tubuh lain.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan datang lebih cepat atau lambat ke layanan kesehatan. Sebuah riset kualitatif menyatakan penyintas kanker payudara di Surabaya menunjukkan ada sembilan faktor yang mempengaruhi keputusan mereka apakah akan mendatangi layanan kesehatan lebih awal atau tidak.
Bahkan tingginya tingkat pendidikan perempuan tidak menjamin bahwa mereka memiliki pengetahuan yang memadai terkait kanker payudara. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi soal kanker payudara masih sangat minim padahal tingkat kasusnya begitu tinggi. Padahal kesehatan keluarga dan manfaat pola hidup sehat yang ada akan menjaga rumah tangga tetap hangat dan harmonis.
Tiga Bulan yang Menentukan
Terdapat sebuah riset mengeksplorasi variabel apa saja yang mempengaruhi keputusan responden untuk mendatangi layanan kesehatan lebih awal demi mendapatkan diagnosis dan perawatan medis. Interval tiga bulan antara waktu pertama kali muncul gejala kanker payudara dan waktu konsultasi medis pertama kali, ialah presentasi awal yang merupakan masa krusial.
Penelitian sebelum ini mengindikasikan bahwa konsultasi medis lebih dari tiga bulan setelah pertama kali gejala kanker payudara muncul berhubungan dengan rendahnya harapan hidup. Beberapa studi mencatat bahwa variabel demografis, psikososial, dan budaya terkait dengan presentasi awal kanker payudara.
Presentasi awal meliputi mendeteksi diri sendiri melalui Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Juga melakukan pemeriksaan medis ketika mengalami gejala kanker payudara.
Menurut konsep TPB, faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap suatu perilaku sehat adalah niat untuk melakukan perilaku sehat tersebut. Niat muncul dari sikap terhadap perilaku (positif atau negatif), norma subjektif (persepsi orang-orang terdekat), serta persepsi kontrol perilaku yang ada (mudah atau sulit).
Hasil Riset Soal Kanker Payudara
Mayoritas responden dalam riset ini adalah perempuan yang telah menikah (82,6 persen). Mereka adalah lulusan perguruan tinggi (69,56 persen), bekerja sebagai pegawai swasta (56,52 persen) dan memiliki status sosial ekonomi yang cukup tinggi. Yakni dengan pendapatan per bulan di atas Rp 10 juta (56,52 persen).
Kebanyakan partisipan mendapat diagnosa kanker payudara stadium I dan II (69,56 persen). Mereka tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker (78,26 persen), dan memiliki asuransi kesehatan (52,17 persen).
Sebagian besar responden menunjukkan adanya gejala sebelum mendapatkan diagnosis dengan kanker payudara. Hanya dua responden yang tidak menunjukkan gejala tapi melakukan mamografi dan didiagnosis mengidap kanker payudara berdasarkan hasil mamografi tersebut.
Sembilan faktor yang mempengaruhi perilaku perilaku deteksi dini kanker payudara dapat kita pilah ke dalam dua kelompok besar: Yakni faktor internal dan eksternal.
Faktor Internal
Pengetahuan terkait kanker payudara
Beberapa responden menunjukkan pemahaman yang terbatas terkait jenis kanker ini. Mereka tidak tahu gejala, keparahan, stadium, faktor risiko, perawatan medis dan alur perawatan kanker payudara. Dimana rendahnya pengetahuan ini berdampak pada kurangnya, serta seberapa parah penyakit ini dapat terjadi. Hingga pada akhirnya berdampak negatif terhadap presentasi awal kanker payudara.
Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi tapi kurang memiliki pengetahuan yang memadai tentang kanker payudara. Dari sini maka muncul dugaan pada populasi dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah kemungkinan pengetahuan terhadap kanker akan semakin rendah pula.
Persepsi kontrol perilaku
Responden mengindikasikan bahwa sebelum mendapat diagnosa kanker, mereka yakin mampu melakukan SADARI dan pergi ke dokter ketika menemukan sesuatu yang tidak normal pada payudara mereka. Hal tersebut merupakan faktor yang dapat mendorong munculnya presentasi awal.
Walau demikian, beberapa responden mengindikasikan bahwa mereka tidak tahu harus pergi ke mana. Apakah pergi ke puskesmas, dokter umum, atau dokter spesialis tertentu. Atau apa yang harus mereka lakukan ketika menemukan gejala kanker yang menyerang salah satu organ penting perempuan tersebut.
Riwayat kesehatan sebelumnya dan persepsi risiko
Perempuan yang memiliki riwayat sakit, baik terkait dengan payudara maupun tidak, memiliki kesadaran yang lebih tinggi atas abnormalitas yang terjadi pada payudara mereka.
Pada responden yang memiliki persepsi bahwa ia memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita kanker payudara. Maka kecenderungan untuk melakukan pemeriksaan medis lebih awal pun meningkat. Hanya tiga responden yang melaporkan bahwa sebelum mendapat diagnosa kanker, mereka merasa tidak berisiko karena tidak memiliki faktor genetika.
Sikap dan kepercayaan
Hampir sebagian besar responden memperlihatkan sikap yang positif terhadap konsultasi medis dan SADARI. Yakni yang mendorong mereka untuk menunjukkan presentasi kanker secara awal.
https://tuturma.ma/manfaat-daymilk-susu-kambing-etawa-untuk-kesehatan-keluarga/
Beberapa kepercayaan negatif tentang kanker payudara juga terugkap oleh responden. Misalnya, kanker payudara sangat menakutkan dan mematikan, tabu untuk menjadi pembahasan. Ada juga kepercayaan lainnya seperti penyakit ini adalah kutukan atau hukuman. Bahkan secara umum masyarakat berpikir bahwa risiko mereka untuk menderita kanker jenis ini cukup rendah.
Faktor Eksternal
Memiliki prioritas lain
Responden mengisyaratkan bahwa presentasi dini sangat terkait dengan kegiatan rutin sehari-hari. Ketika mereka memiliki prioritas lain, seperti pengasuhan anak, pekerjaan atau kesibukan keluarga, maka hal tersebut berpeluang untuk menunda perilaku SADARI atau pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan medis.
Dukungan instrumental
Selanjutnya ketika mereka mendapatkan bantuan dari orang lain, misalnya membuatkan janji atau menemani pergi ke dokter, maka presentasi awal memiliki peluang besar untuk terjadi.
Tempat kerja juga dapat memfasilitasi tersedianya dukungan instrumental. Misalnya, salah seorang responden menjelaskan bahwa ia melakukan pemeriksaan payudara karena tempat ia bekerja menyediakan fasilitas pemeriksaan payudara oleh tenaga medis di kantor.
Faktor penyedia layanan kesehatan
Saat layanan kesehatan dapat mereka jangkau dengan mudah, misalnya jarak dekat atau transportasi mudah, atau kemudahan dalam membuat jadwal kunjungan, maka kecenderungan periksa lebih awal akan meningkat.
Keputusan untuk memeriksakan diri ketika merasakan gejala yang muncul juga berasal dari status penyedia layanan kesehatan. Hal ini membuat mereka merasa nyaman dan aman. Misalnya, sudah kenal dengan dokter yang memeriksa, dokternya perempuan, atau dokter yang sudah terkenal memiliki reputasi dan kompetensi yang baik.
Isu finansial
Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki status sosial ekonomi yang cukup baik, akibatnya isu finansial tidak menjadi hambatan pada upaya presentasi awal, terutama jika kita mengetahui tips jitu mengatur keuangan rumah tangga. Dengan melihat latar belakang status sosial ekonomi responden, temuan ini tidak dapat kita generalisasi pada populasi yang lebih luas. Misalnya, pada populasi dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah.
Temuan ini juga mengindikasikan bahwa presentasi awal dan kanker jenis ini kebanyakan hanya mampu diakses atau dijangkau oleh pasien dengan status sosial ekonomi yang tinggi.
Rekomendasi
Seharusnya kegiatan promosi kesehatan kanker payudara sebaiknya tidak hanya menyampaikan informasi terkait kanker jenis ini dan gejalanya. Kita juga memerlukan upaya untuk meningkatkan persepsi risiko terhadap kanker ini. Juga untuk meningkatkan keterampilan untuk mengenali anatomi payudara normal dan tidak normal.
Edukasi tidak hanya untuk perempuan tapi juga melibatkan orang-orang di sekitar perempuan seperti suami dan atau keluarga menjadi penting untuk terlibat. Hasil penelitian juga mengindikasikan pentingnya layanan kesehatan yang mudah diakses dengan biaya terjangkau. Khususnya bagi masyarakat pada kelompok sosial ekonomi menengah ke bawah atau hidup jauh dari pusat kota, untuk meningkatkan presentasi dini.
Sumber Gambar: pexels.com