Seharusnya Rumah Tangga Bebas Memilih Punya Anak atau Tidak

Published by Eka Puspitasari on

Tuturmama – Pernahkah kita berpikir apakah pernikahan membebaskan kita memilih untuk punya anak atau tidak? Bahkan dalam memilih untuk menikah atau tidak, ada banyak sekali aturan dan norma yang seolah mengekang tanpa sadar.

Beberapa wanita di Indonesia mengatakan bahwa mereka memilih menikah dengan beragam alasan. Salah satunya karena sudah ada calon pasangannya, ada pula yang sudah terlalu lama berpacaran, atau karena umurnya sudah semakin bertambah.

Tapi pernahkah wanita Indonesia yang menikah berpikir bahwa menikah saja cukup? Lebih tepatnya menikah dan bebas memilih untuk punya anak atau tidak, memiliki keturunan dari hasil pernikahan atau tidak?

Sebelum membahas lebih jauh, kita harus tahu bahwa saat ini kita mengenalnya istilah child free atau bebas dari anak. Banyak sekali alasan, kenapa ide childfree saat ini menjadi hitz dan mulai banyak menjadi bahan pembicaraan.

Cara Ampuh agar Anak Suka Makan Sayur dan Buah

Antara lain adalah karena kesiapan mental pasangan suami dan istri yang belum siap menjadi orang tua. Alasan kedua adalah karena kesiapan finansial yang masih belum stabil dan mapan. Pun juga trauma dari masa lalu atau karena masih ingin menikmati masa-masa pacaran dan banyak lagi alasan lainnya.

Menghargai Siapapun yang Memilih Punya Anak atau Tidak

Mari sejenak kita hargai keputusan mereka yang memilih jalan hidupnya masing-masing dan juga ke mana rumah tangganya akan berlayar. Banyak kejadian di lapangan, anak-anak yang terlantar dan terlahir tanpa perhatian orang tua.

Mereka yang kesulitan ekonomi, bahkan menjadikan anak-anak sebagai tulang punggung keluarga dan anak pun menjadi korban putus sekolah. Padahal sebenarnya anak-anak tidak salah, mereka juga tak ingin hidup susah.

Lagi-lagi orang tua yang bersalah dalam hal ini, kenapa  memiliki anak jika tak sanggup bertanggung jawab?

Ada pula anak-anak yang berkecukupan harta serta fasilitas namun minim kasih sayang orang tua. Mama dan papa yang sibuk pulang pergi keluar negeri untuk bekerja, hanya pulang seminggu sekali. Mereka menganggap bahwa kecanggihan teknologi dapat mewakili hanya sekedar bertanya kabar dan menatap wajah sang buah hati dari benda 2 dimensi.

Menjadi yang Terbaik dalam Mengasuh Generasi Z

Ada pula orang tua yang sibuk menyelesaikan masa lalunya, belum kering luka-luka pengasuhannya terdahulu. Sehingga saat ini masih saja berproses untuk menyembuhkan luka tersebut. Entah, sampai kapan luka itu akan benar-benar pulih dan siap kedatangan buah hati.

Ada juga yang sengaja ingin menikmati masa-masa pacaran karena sebelumnya hanya komunikasi jarak jauh. Sehingga masih butuh waktu me time berduaan saja untuk sementara waktu.

Paradigma tentang Anak di Masyarkat

Terdapat beberapa paradigma yang salah dan banyak terjadi di masyarakat menyoal perkara buah hati, di antaranya:

  1. Anak adalah investasi masa depan orang tua, makin banyak anak, makin sejahtera orang tuanya.
  2. Anak harus membantu biaya keluarga, apalagi jika keluarga tersebut tidak mampu dan inilah menjadi cikal bakal tumbuhnya sandwich generation.
  3. Anak seringkali menjadi ambisi cita-cita orang tua yang benar-benar hanya berorientasi pada keinginan orang tua.

Namun disisi lain, ada pasangan suami istri yang sudah sangat lama menantikan kehadiran buah hati. Mereka bahkan berusaha susah payah melakukan segala cara dengan biaya yang tidak sedikit. Dengan pengorbanan waktu, tenaga, dan juga ketegaran menghadapi ucapan-ucapan orang lain yang terkadang sulit diterima.

Mengenal 5 Tahap Perkembangan Anak Freud

Satu tahun, 5 tahun, 10 tahun, bahkan 15 tahun, bukan waktu yang sebentar. Dari warna rambut sudah hitam, sampai muncul warna putih di sela-selanya. Menunggu kehadiran buah hati, dengan doa-doa yang tak pernah putus setiap harinya.

Punya Anak Apakah Pasti Bahagia?

Apakah ibu yang memiliki anak sepenuhnya bahagia? Mari kita bahas dulu apa itu kebahagiaan.

Kebahagiaan terdiri dari tiga komponen, yaitu emosi positif, kepuasan, dan hilangny emosi negatif seperti depresi atau kecemasan. Sehingga orang-orang yang bahagia cenderung lebih sering merasakan emosi positif ketimbang emosi negatif.

Ketika sang anak hadir dalam biduk rumah tangga dan kehadiran sang buah hati mampu memberikan energi positif bagi keluarga, maka dapat kita katakan bahwa kehadiran anak membawa kebahagiaan.

Tentu saja hampir jarang kita temukan, pasangan suami istri yang memperoleh kehadiran anak pertamanya tidak bahagia, kecuali ada insiden sebelumnya. Insiden yang dimaksud adalah hubungan sex sebelum menikah.

Orang tua yang baru pertama kali memiliki anak akan sangat excited untuk menemani dan mengamati tumbuh kembang sang buah hati. Kelucuan dan tingkah polahnya, seringkali menghilangkan penat pasca pulang bekerja.

Screen Time untuk Balita, Definisi dan Pedoman

Apalagi bagi sang ayah, terkadang buah hati menjadi hiburan tersendiri saat pulang ke rumah. Energi positif ini ternyata menyebar dalam rumah sehingga memberikan kebahagiaan bagi suami istri.

Selain itu, kehadiran anak akan membuat rumah tangga mengalami dinamika dan saat itu, kita akan lebih tahu serta mengenal pasangan dengan sifat barunya yang muncul setelah punya anak.

Hal Penting saat Memilih Punya Anak

Namun ada hal penting ketika kita telah memutuskan memiliki buah hati, yakni kita harus mampu mendampingi anak sesuai dengan fase perkembangannya. Anak bukanlah patung yang selamanya berukuran sama, si kecil kelak akan tumbuh besar dan kita akan menua.

Si kecil ini akan menjalani masa-masa yang berbeda dari kita sehingga kita harus mendidik sesuai dengan zamannya. Jangan paksa anak untuk menanggung beban keluarga karena kelak ia akan memiliki rumah tangganya sendiri.

Lingkungan Sekolah Bukan Tempat yang Aman?

Dari pilihan orang untuk punya anak atau tidak, kita belajar bahwa manusia memang seringkali berbeda pandangan. Bahkan anak kembar yang lahir dari rahim yang sama pun, belum tentu memiliki sifat yang sama.

Dari mereka yang memutuskan tidak ingin memiliki buah hati, kita belajar bahwa mereka ingin menjadi orang tua yang baik dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan bijak.

Dari mereka yang sangat mendambakan buah hati, bahkan suka dengan keramaian yang terjadi di dalam rumah, kita belajar bahwa mereka mau belajar menjadi orang tua sembari merawat masa lalunya yang mungkin belum selesai.

Tidak ada yang paling benar, juga tidak ada yang paling salah karena dalam hidup semua akan kembali pada pilihan masing-masing. Kita juga harus ingat, bahwa setiap pilihan tentu sepaket dengan resikonya.

Sumber Gambar: freepik.com


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

dhankasri hindisextube.net hot bhabi naked rebecca linares videos apacams.com www tamilsexvidoes lamalink sexindiantube.net chudi vidio sex mns indianpornsluts.com hd xnxxx shaving pussy indianbesttubeclips.com english blue sex video
savita bhabhi xvideos indianxtubes.com xxx bombay live adult tv desitubeporn.com mobikama telugu chines sex video indianpornsource.com video sex blue film sex chatroom indianpornmms.net old man xnxx aishwarya rai xxx videos bananocams.com sex hd
you tube xxx desixxxv.net xossip english stories sanchita shetty pakistaniporns.com mom sex video cfnm video greatxxxtube.com sex marathi videos mmm xxx indianpornv.com sexxxsex xvideosindia indianhardcoreporn.com ajmer sex video