Surat untuk Anakku yang Masih Bayi, Bacalah di Masa Depan Saat Kau Besar Nanti
Tuturmama – Dulu aku seorang gadis yang gemar bertualang, pergi ke berbagai tempat untuk melihat sesuatu yang baru. Kau tahu, Nak, aku tak pernah merasa nyaman tinggal di rumah berlama-lama. Aku selalu ingin pergi ke luar dan memang itulah yang kulakukan selama gadis.
Tapi sejak kau terlahir ke dunia ini, kehidupanku jadi sebaliknya. Aku tak pernah merasa nyaman berada di luar rumah dalam waktu lama.
Satu jam di luar, aku sudah ingin pulang. Aku selalu ingin berada di rumah sebab tempat tinggal kita tidak peernah membosankan.
Ada dirimu yang selalu menunjukkan hal baru setiap hari. Sebagai ibu, aku tidak ingin melewatkan satu detik pun tanpa melihat wajahmu. Kau, anak pertamaku, menghadirkan kebahagiaan setiap hari.
Pusat duniaku bukan lagi di tempat yang indah di dunia ini. Pusat duniaku ada pada dirimu, Nak. Kau adalah magnet yang sanggup menarikku pulang sejauh apa pun aku berada.
Mauku selalu berada di sampingmu, mengajakmu bercanda, atau menenangkanmu saat menangis.
Kau tahu, ibumu adalah seorang wanita karir. Entah apa nanti sebutannya saat kau besar nanti. Satu hal yang bisa aku katakan, ibumu bekerja di luar rumah bersama banyak orang yang tidak Kau kenal.
Banyak tugas yang mesti ibu kerjakan setiap hari. Beragam tugas datang silih berganti memberi kesibukan. Tapi sesibuk apapun, tetap saja aku memikirkanmu. Di kepala bayanganmu berputar-putar, kadang ibu tersenyum sendiri membayangkan tingkah lakumu yang lucu.
Kenapa, kenapa kau lucu sekali, Nak.
Saat pekerjaan terasa menjemukan, aku akan berhenti menatap komputer dan membuka ponsel sekadar untuk melihat wajahmu yang tengah tersenyum. Melihatmu 5 detik saja sudah cukup untuk memberi semangat menyelesaikan beban pekerjaan yang berat.
Baca Juga : Ini 5 Alasan Pentingnya Mendidik Anak Bahasa Inggris Sejak Dini
Aku tak ingin pekerjaanku menumpuk sehingga butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Mauku pekerjaan cepat selesai sehingga aku dapat cepat pulang dan bertemu denganmu.
Hanya itu yang kuiinginkan. Sederhana tetapi begitu mahal. Waktu bersamamu adalah momen paling berharga yang akan kuperjuangkan sekuat hati.
Maafkan ibu karena masih harus bekerja sehingga pagi dan siangmu luput dari perhatian. Aku ingin selalu ada buatmu, tapi belum memungkinkan.
Kau harus tahu, dunia orang dewasa adalah dunia yang sangat sibuk, kadang menjemukan. Manusia dituntut bekerja setiap hari agar bisa bertahan hidup. Dunia orang dewasa memang tak seindah dirimu, Nak.
Maka, jangan Kau ingin cepat besar. Tahun-tahun pertama kehidupanmu adalah masa terbaik yang harus kau nikmati. Makanlah yang banyak, tertawa yang banyak karena dengan itu kau menebar kebahagiaan di rumah.
Nikmatilah masa-masa indahmu itu. Mauku kau tetap mungil dan imut seperti ini, tetapi itu tidak mungkin.
Saat ini usiamu 2 tahun 3 bulan, lalu 20 tahun lagi kau sudah jadi orang dewasa, time pass so fast.
Aku ingin membuat waktu menjadi lambat agar ada waktu lebih untuk menikmati proses ini.Saat besar nanti mungkin aku jadi menyebalkan di matamu. Mungkin aku akan terlalu khawatir saat kau bermain sampai sore hari, atau saat kau mengendarai sepeda motor.
Mungkin aku akan jadi sangat menyebalkan sebab melarangmu bermain di luar. Mungkin aku akan marah sebab nilai ulanganmu rendah.
Mungkin aku akan jadi menyebalkan sebab tidak mampu memahamimu sebaik aku memahamimu di masa bayi. Itu kerap terjadi, gesekan antara orangtua dengan remaja.
Maka dari itu, tetaplah jadi bayi mungilku. Inilah saat-saat terbaik antara ibu dan anak. Hanya ada cinta di antara keduanya. Kau selalu senang saat aku berada di sisimu, aku pun merasa begitu. Kita bisa berbagi cerita tentang makanan yang kau suka meski kau belum bisa bicara seperti orang dewasa.
Tak apa, bahasa tak penting.
Kau memang belum mampu mengucapkan banyak kata, tetapi aku tahu, Kau menikmati setiap momen kebersamaan dengan ibumu.
Mengandungmu adalah sebuah keajaiban, melahirkanmu adalah sebuah anugerah, menjagamu adalah sebuah kewajiban.
Suatu hari nanti saat kau sudah pandai membaca dan mengerti banyak hal, Kau harus membaca surat ini.
Meski kau sering ngompol, ibu dan ayahmu tetap senang. Kau memberi lebih banyak dari apa yang pernah kami harapkan.
Ibumu, Nabila Yoana
0 Comments