Sepucuk Surat untuk Suami Terbaikku
Tuturmama – Sepucuk Surat untuk Suami Terbaikku
Tak terasa sudah tujuh tahun kita arungi bahtera rumah tangga. Tak pernah terbayangkan aku akan menikah denganmu, orang yang tak pernah aku kenal sebelumnya.
Sebenarnya sebelum menikah denganmu banyak lelaki yang datang untuk meminangku. Tapi aku tak pernah mau dengan alasan belum siap menikah.
Sementara denganmu? Baru saja kita berkenalan, aku sudah merasa nyaman. Ada yang berbeda dari dirimu.
Apakah kamu tahu, sebenarnya kamu bukan termasuk kriteria laki-laki pilihanku. Tapi entah kenapa aku jatuh hati saat pertama kali kita bertemu. Sepertinya ini adalah ungkapan yang pas, “cinta pada pandangan pertama.”
Aku tak tahu apakah kamu merasakan perasaan yang sama denganku.
Apakah kamu menyukaiku waktu pertama kali kita bertemu? Saat itu aku hanya bergurau dalam hati, “Seandainya saja dia juga menyukaiku pasti kita akan bahagia.”
Mungkin ini yang bernama jatuh cinta berjuta rasa. Betapa bahagianya ketika mendapatkan pesan di telpon genggamku. Bahkan aku selalu menanti telepon darimu.
Ini yang Ingin Kusampaikan Melalui Surat untuk Suami Tercintaku
Melalui surat untuk suamiku ini, aku ingin kau tahu bahwa ketika kau melamarku aku sungguh tak percaya akan secepat ini akan membina hubungan yang serius.
Sepertinya kita baru saja berkenalan, sungguh waktu yang teramat cepat. Tapi entah kenapa aku yakin denganmu.
Sungguh hari itu hari yang sangat membahagiakan.
Begitu cepat pula kau meminangku sebagai istrimu. Tiga bulan waktu yang sangat singkat, tapi aku sangat begitu percaya denganmu. Aku bahagia hidup bersamamu, suami tercinta.
Tidaklah mudah bagiku untuk menjadi istrimu. Perempuan yang belum mempunyai bekal yang banyak sebagai seorang istri. Tapi aku akan selalu berusaha untuk menjadi istri yang terbaik, perempuan yang akan selalu ada untukmu di saat suka maupun duka.
Aku adalah perempuan pilihan yang menjadi istrimu. Bimbinglah aku menjadi wanita solehahmu, tegurlah bila aku salah, dengarkan ceritaku ketika aku ingin berkeluh kesah, hiburlah diriku ketika aku bersedih.
Akupun akan melakukan hal yang sama kepadamu. Kita akan terus belajar sama menjalani bahtera rumah tangga ini.
Beruntungnya Aku Memilikimu
Hari demi hari kita lalui bersama. Kamu selalu melindungi aku dan calon anak kita, selalu memanjakan aku, dan selalu menuruti kemauanku.
Ketika aku sedang mengandung, kamu selalu membelikan makanan yang aku mau. Kamu selalu memijatku bahkan tak jarang mengerjakan pekerjaan rumah yang seharusnya aku yang mengerjakannya.
Suamiku, kau selalu membuatku senang dan bahagia, kau selalu ada untukku kapanpun aku membutuhkan.
Kamu adalah Ayah dan Suami Terbaik
Melalui surat untuk suami ini, ingatkah engkau ketika aku sedang berjuang melahirkan anak-anak kita?
Kau selalu ada di sampingku, pasrah ketika aku mencubit, memukul, bahkan menarik rambutmu. Begitu kau tahu aku sedang bersusah payah berjuang melahirkan anak kita.
Aku juga melihat air matamu mengalir ketika anak kita keluar dari rahimku. Kau langsung memeluk dan menciumku. Seketika itu juga rasa sakitku hilang dan sirna.
Aku masih ingat betul, kau langsung mengadzani anak kita, menciumnya, dan kembali menciumku.
Kau sangat sibuk ketika aku masih terbaring lemah. Sibuk menyiapkan baju untuk anak kita, menyiapkan baju untukku, menyiapkan makanan dan minuman, membereskan semua perlengkapan, dan selalu ada untukku.
Sayang, kau adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan. Kau adalah suami yang super duper sabar, suami yang pengertian, pintar memasak, lembut, bertanggung jawab, dan suami yang pekerja keras.
Kau juga ayah yang baik untuk anak-anak kita, yang selalu menemani bermain ketika sedang libur bekerja.
Ayah yang selalu menanyakan kabar anak-anak tiap waktunya, yang selalu mengajak jalan-jalan keluar rumah, selalu melindungi anak-anaknya. Kau adalah ayah yang selalu meluangkan waktu untuk kami.
Betapa bahagianya aku menjadi istrimu. Anak-anak pun bangga mempunyai ayah sepertimu. Teruslah kau menjadi suami dan ayah seperti ini, jangan pernah berubah.
Surat untuk Suami Terbaikku,
Walaupun terkadang kau membuatku kesal karena ulahmu, aku tetap mencintaimu.
Seringkali kau menaruh handuk basah di atas kasur, kau juga meletakkan barang tidak pada tempatnya. Kau sering lupa di mana meletakkan kunci motor, potongan kuku, bahkan jam tangan pun sering tak kau pakai karena lupa.
Seringkali juga kau mengambil baju dengan asal sehingga membuat seisi lemari berantakan. Kau mandi sangat lama bahkan melebihi seorang wanita, kmeletakkan sepatu tidak pada tempatnya, membuang sampah di pojok pintu.
Sehabis makan kau letakkan piring begitu saja di atas meja makan dan masih banyak lagi kekesalan yang kau buat.
Walaupun kau sering membuatku kesal tapi itu semua membuat hidup kita lebih berwarna. Akupun banyak kekurangan sama sepertimu, tapi kita selalu menutupi kekurangan kita masing-masing tanpa perlu orang lain tahu.
Terima Kasih untukmu Suamiku
Untuk suamiku, terima kasih telah menjadi pemimpin keluarga kecil kita.
Terima kasih karena kau telah memberikan kebahagiaan kepadaku dan anak-anak yang tak ternilai harganya.
Juga untuk waktu yang telah kau luangkan demi istri dan anak-anakmu.
Terima kasih kau sudah bekerja keras dan semoga lelah dan keringatmu menjadi surga di kehidupan kekal selanjutnya.
Pun untuk kesabaran, pengertian, dan tanggung jawabmu sebagai suami dan ayah.
Terima kasih sudah menjadi pendengar setia anak-anak dan menjadi teman curhat di kala istrimu sedang merasa sedih dan galau. Sudah menjadi ayah dan suami yang terbaik untuk keluarga kecil kita.
Salam sayang dan cinta dari istrimu yang masih banyak kekurangan.
Sumber Gambar: freepik.com
0 Comments